Bangkitnya Motivasi Kebermaknaan dan Peleburan Identitas Memprediksi Pengorbanan Diri Bentuk Kekerasan di Indonesia, Peneliti F.Psi UI Raih Doktor dengan Predikat Cum Laude

Bangkitnya Motivasi Kebermaknaan dan Peleburan Identitas Memprediksi Pengorbanan Diri Bentuk Kekerasan di Indonesia, Peneliti F.Psi UI Raih Doktor dengan Predikat Cum Laude

Depok– Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menggelar sidang terbuka Promosi Doktor atas nama Joevarian Hudiyana, di Ruang Auditorium Gd.H  F.Psi, Selasa  (10/12/2019).

Disertasi yang diangkat oleh Promovendus yakni “Bangkitnya Motivasi Kebermaknaan dan Peleburan Identitas Memprediksi Pengorbanan Diri Bentuk Kekerasan di Indonesia”.

Teori-teori sebelumnya telah mencatat bahwa perilaku militan ekstremis seperti pengorbanan diri lewat kekerasan dapat dijelaskan oleh persepsi ketidakadilan, konsolidasi identitas sosial, dan ketidakpastian pribadi atau motivasi kebermaknaan (pencarian makna). Namun, masih kurang jelas apakah ada perbedaan kontekstual dalam membangkitkan motivasi kebermaknaan. Dalam penelitiannya, peneliti berpendapat bahwa faktor budaya seperti perbedaan dalam orientasi tujuan dan penekanan pada relasionalitas / individualitas di antara budaya kolektivistik dan individualistik dapat menjelaskan bangkitnya motivasi kebermaknaan, yang pada akhirnya, membentuk motivasi pengorbanan diri.

Riset ini berusaha melakukan ekstensi terhadap teori Quest for Significance. Dalam teori tersebut, ada tiga cara untuk membangkitkan motivasi kebermaknaan: 1. hilangnya makna hidup, 2. keinginan mencapai makna hidup, atau 3. ancaman terhadap makna hidup. Ketika telah bangkit, maka motivasi kebermaknaan dapat mengarah pada tindakan militan ekstremis. Akan tetapi, Quest for Significance belum menemukan apakah ada perbedaan budaya dalam membangkitkan motivasi kebermaknaan itu.

Dalam Studi 1, peneliti mengeksplorasi representasi sosial dari konsep hidup yang bermakna di antara orang Indonesia (budaya kolektivistik) dan orang Amerika (budaya individualistik) menggunakan perspektif studi representasi sosial dengan metode asosiasi kata dan survei terbuka yang dianalisis secara kualitatif. Sebanyak 218 orang Amerika Serikat dan 207 orang Indonesia berpartisipasi dalam riset ini.

Dalam Studi 2, peneliti memeriksa apakah temuan dari Studi 1 benar-benar dimanifestasikan dalam bahasa sehari-hari orang Indonesia (vs. Global) dengan menggunakan pendekatan analisis Big Data dan Word Frequency Analysis. Big Data tersebut diperoleh di Twitter dan kami memperoleh lebih dari 80.000 twitter untuk dianalisis.

Dalam Studi 3, secara eksperimental menguji apakah ancaman terhadap kebermaknaan (vs. promosi kebermaknaan) mempengaruhi niat untuk mengorbankan diri. Desain eksperimen tersebut adalah ANOVA dengan 4 variasi kelompok. Sebanyak 120 mahasiswa UI secara acak masuk ke dalam empat kelompok tersebut dan memperoleh manipulasi eksperimental.

Terakhir, dalam Studi 4 dilakukan survei untuk memeriksa apakah peleburan identitas (collectivistic shift) adalah mekanisme dari temuan di Studi 3. Sebanyak 504 orang Indonesia menjadi partisipan survei,

Dalam penelitianya ditemukan bahwa orang Indonesia (dibanding orang Amerika Serikat) cenderung menekankan pengabdian sebagai tema utama dari hidup yang bermakna, dan ini merupakan tema relasional yang menekankan pada kesejahteraan kelompok daripada capaian individu. Ditemukan juga bahwa orang Indonesia lebih termotivasi ketika kebermaknaannya terancam dan ketika ingin mendapatkan relasi. Motivasi ini membentuk perilaku pengorbanan diri lewat kekerasan.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa memang ada perbedaan budaya dalam bagaimana seseorang dapat mencari kebermaknaan. Perbedaan tersebut dapat memprediksi ekstremisme militan.

Sidang Promosi Doktor ini diketuai oleh Dr .Tjut Rifameutia Umar Ali, M.A., Psikolog, dengan Promotor Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.Si, Kopromotor 1 Dr. Mirra Noor Milla, M.Si., Kopromotor 2 Dr. phil. Idhamsyah Eka Putra, M.Si Dr. Bagus Takwin, M.Hum., Psikolog (Ketua Penguji), dan Tim Penguji Prof. Adrianus Meliala, M.Si., M.Sc., Ph.D, Ali Mashuri, S.Psi., M.Sc., Ph.D, Dra. Amarina Ashar Ariyanto, M.Si., Ph.D., Psikolog,.

Setelah mempertahankan disertasinya, Tim Penguji memutuskan mengangkat Joevarian Hudiyana sebagai doktor ke-151 yang dihasilkan oleh Program Studi Ilmu Psikologi jenjang Doktor Fakultas Psikologi UI, dan merupakan Doktor ke-109 yang lulus setelah Program Studi Ilmu Psikologi jenjang Doktor dikembalikan ke Fakultas Psikologi UI dengan predikat Cum laude IPK 3,98.

Joe menyelesaikan studinya dengan beasiswa program Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Beasiswa tersebut merupakan beasiswa program percepatan pendidikan dari Kemenristekdikti untuk lulusan Sarjana (S1) yang memenuhi kualifikasi untuk menjadi seorang Doktor dengan masa pendidikan selama 4 (empat) tahun yang dibimbing oleh Promotor handal Tanah Air. Peserta PMDSU ini dituntut untuk mempublikasikan minimal 2 buah hasil riset di Jurnal Internasional.

Program ini diinisiasi sejak tahun 2012. Hingga saat ini sudah ada 5 batch. Di UI, pada tahun 2015, membuka batch II PMDSU dimana 2 dari 6 penerima beasiswa PMDSU terdapat di Fakultas Psikologi UI, yaitu Muhammad Abdan Shadiqi dan Joevarian Hudiyana. Promotor kedua mahasiwa ini adalah Prof. Dr. Hamdi Muluk dan Kopromotor adalah Dr. Mirra Noor Milla. Keduanya berasal dari Lab. Psikologi Politik, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. (Md)

 

We are using cookies to give you the best experience. You can find out more about which cookies we are using or switch them off in privacy settings.
AcceptPrivacy Settings

GDPR

× Whatsapp Fakultas