1 Dari 3 Siswa Banyuwangi Alami Perundungan, Welas Asih Bantu Guru Ciptakan Harapan

Fauzan Abdullah Azzam, Siti Wikan Widya Dhana Eileen Truda, Ganisa Kayla Aghna Fitri, Muhammad Faris Fathi Farhat, Laraszahra Kemalasari Erlambang, Danishara Raputri Priyono, Jovinka Maulina Raharjo, Marwa Aliifah Muthmainnah, Sherly Saragih Turnip, Ph.D, Psikolog

 

Tingkat perundungan yang tinggi terjadi di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya adalah Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kelompok Riset Kesehatan Mental Komunitas atau RoCMHI, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, sebanyak 1 dari 3 siswa di Banyuwangi pernah menemui atau mengalami tindakan perundungan di sekolah. Perundungan merupakan masalah yang membutuhkan perhatian lebih karena anak muda merupakan generasi pembangun daerahnya di kemudian hari. Apabila masalah ini tidak segera ditanggulangi, maka kuantitas dan kualitas sumber daya manusia di masa depan akan menurun.

Dalam rangka mengembangkan kompetensi guru untuk mengatasi perundungan, tim kepedulian masyarakat Universitas Indonesia di bawah RoCMHI menyelenggarakan Pelatihan Keterampilan Welas Asih bagi guru-guru di SMPN 4 Muncar Satu Atap, Banyuwangi pada tanggal 23 sampai 24 Agustus 2024. Pelatihan ini dilaksanakan atas permintaan dari Bapak Imam Najeh selaku kepala sekolah SMPN 4 Muncar Satu Atap sebagai bentuk kepedulian atas fenomena kekerasan yang terjadi di sekolah beliau.

“Saya sangat senang dapat menyambut kembali rekan-rekan dari Fakultas Psikologi UI dalam pelatihan kali ini, apalagi pelatihan ini merupakan kerjasama yang dilaksanakan berdasarkan hasil penelitian tahun lalu,” ujar Imam Najeh, kepala sekolah SMPN 4 Muncar Satu Atap.

Gambar 1.1 Keseruan Selama Pelatihan

Terdapat 15 orang guru SMPN 4 Muncar Satu Atap yang terlibat dalam pelatihan ini. Rangkaian pelatihan terdiri dari sesi refleksi pengalaman mengajar, pemaparan materi welas asih, serta kegiatan menerapkan welas asih dalam bentuk permainan yang dikemas secara interaktif dan menarik. Guru-guru juga diminta untuk merencanakan rencana tindak lanjut terkait apa yang akan mereka lakukan untuk dapat menerapkan welas asih di sekolah selepas pelatihan ini.

Welas asih sendiri adalah perasaan emosional yang dimiliki seseorang ketika mengetahui individu lain yang sedang menderita sehingga termotivasi untuk membantu individu tersebut. Dengan menjadi guru yang welas asih dan mempromosikan nilai tersebut di sekolah, guru dapat mendorong terciptanya lingkungan pendidikan yang ramah anak sehingga mengurangi angka perundungan. Hal ini dapat terwujud secara lebih optimal apabila welas asih menjadi nilai yang dilaksanakan oleh seluruh pemangku kepentingan dari sekolah. Seperti sesama siswa, guru-guru, pegawai TU, pengurus kantin, petugas kebersihan, sampai dengan masyarakat di sekitar sekolah.

Menurut peserta yang terlibat dalam pelatihan, konsep welas asih sebenarnya bukan hal yang baru bagi mereka. Namun, mereka merasa mendapatkan inspirasi dan semangat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih baik bagi siswa-siswi mereka dengan adanya pelatihan ini. Apalagi, berdasarkan pengakuan mereka, guru-guru seringkali merasa kewalahan dan kehabisan ide dalam mengatasi perundungan dan masalah perilaku lain yang terjadi di sekolah.

“Kami mendapat ilmu yang sudah sebagian dari kami terapkan, namun runtutan, langkah-langkah, dengan ilmu welas asih ini membuat kami menjadi semakin mantap,” ujar Pak Okta, salah satu guru matematika di SMPN 4 Muncar Satu Atap.

Dengan adanya pelatihan ini, harapannya guru-guru SMPN 4 Muncar Satu Atap dapat memahami konsep welas asih serta menerapkannya dalam lingkup sekolah. Hal inilah yang kemudian menjadi bekal untuk dapat mewujudkan lingkungan sekolah yang bebas dari kekerasan.

Kegiatan ini merupakan kreasi dari tim pengabdi yang terdiri dari mahasiswa Psikologi Universitas Indonesia. Tim pengabdi ini diketuai oleh Fauzan Abdullah Azzam, dan beranggotakan Siti Wikan Widya Dhana Eileen Truda, Ganisa Kayla Aghna Fitri, Muhammad Faris Fathi Farhat, Laraszahra Kemalasari Erlambang, Danishara Raputri Priyono, Jovinka Maulina Raharjo, Marwa Aliifah Muthmainnah, serta Sherly Saragih Turnip, Ph.D, Psikolog selaku dosen pembimbing lapangan.

 

We are using cookies to give you the best experience. You can find out more about which cookies we are using or switch them off in privacy settings.
AcceptPrivacy Settings

GDPR

× Whatsapp Fakultas