Mengenal Lebih Jauh Tentang Mindfulness: Di Sini dan Saat Ini

Mindfulness kini menjadi salah satu tren kesehatan di masyarakat. Luh Surini Yulia Savitri, S.Psi., M.Psi., Psikolog atau yang akrab disapa sebagai Mba Vivi merupakan salah satu Dosen Fakultas Psikologi UI yang mendalami topik Mindfulness. Saat ini, Mba Vivi sedang menempuh studi S3 di Fakultas Psikologi UI. Mba Vivi juga tergabung dalam Kelompok Riset Mindfulness dan Psikoterapi Fakultas Psikologi UI. Ketertarikan Mba Vivi pada topik Mindfulness berawal dari proposal penelitian mengenai “Mindful Parenting” yang dibuatnya saat seleksi masuk S3. Mba Vivi sadar akan adanya permasalahan hubungan antara orang tua dan anak. Mba Vivi melihat bahwa keberhasilan orang tua perlu dimulai dengan intrapersonal orang tua itu sendiri, yaitu pikiran, perasaan, dan tingkah laku dirinya sendiri dan kemudian akan berdampak pada hubungan interpersonal dengan anaknya. Untuk mempelajari mindful parenting, Mba Vivi perlu mendalami terlebih dahulu tentang mindfulness itu sendiri. Itulah awal mula bagaimana Mba Vivi menggeluti topik tentang mindfulness.  

Menurut Mba Vivi, mindfulness adalah kesadaran dari individu untuk ada “di sini dan dan saat ini”. Mba Vivi menjelaskan bahwa Jon Kabat-Zinn mengartikan mindfulness sebagai kesadaran dari waktu ke waktu, tidak menghakimi apa yang ada di pikiran dan perasaan diri sendiri maupun orang lain. Jon Kabat-Zinn juga mengatakan bahwa mindfulness merupakan kemampuan untuk memberikan atensi. Selain itu, Mba Vivi juga menjelaskan bahwa menurut Scott R. Bishop, mindfulness merupakan self-regulation terhadap atensi dan orientasi untuk mengalami apa yang terjadi pada saat ini. Untuk membuat sadar, individu memiliki regulasi diri, mempertahankan atensi, dan sikap akan keterbukaan tanpa menghakimi (non-judgemental). Berdasarkan beberapa pengertian yang ada, Mba Vivi menyimpulkan bahwa mindfulness adalah kemampuan untuk fokus pada keadaan “di sini dan saat ini”, kesadaran akan diri sendiri, sadar akan perilaku, pikiran, dan diri kita maupun orang lain.  

Mindfulness sendiri terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan situasinya. Mba Vivi menjelaskan beberapa contoh mindfulness, yaitu mindful breathing, mindful eating, mindful walking, dan mindful parenting. Menurut Mba Vivi, mindful breathing merupakan jenis mindfulness yang paling banyak variasinya karena dapat terjadi dalam berbagai situasi dan paling mudah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.  

Mindfulness menjadi topik penelitian yang implementasinya digunakan dalam berbagai situasi. Mindfulness ada yang diterapkan dalam praktik klinis seperti Psikolog, Psikiater, dan rumah sakit. Terdapat penelitian penggunaan audio therapy tentang mindfulness selama seminggu pada pasien yang akan menjalankan operasi. Penggunaan mindfulness ini membuat para pasien dapat mengatasi kecemasannya sehingga mengurangi rasa sakit dan komplikasi pasca operasi, serta menurunkan durasi perawatan di rumah sakit. mindfulness juga digunakan di sekolah, tempat kerja, lapas, dan panti-panti lansia. Dalam konteks pengasuhan, mindfulness dapat mengolah kognisi pengasuhan dan membantu anak untuk memiliki kompetisi menolong orang lain (prososial). Pada penelitian luar negeri, Mba Vivi menjelaskan bahwa mindfulness dapat menimbulkan self-compassion (rasa kasih sayang pada diri sendiri di masa-masa sulit) sehingga interaksi interpersonal individu membaik. 

Adapun mindfulness yang kini kian popular di tengah masyarakat yang serba terburu-buru adalah mindful eating. Mindful eating adalah makan dengan berkesadaran penuh perhatian saat mengonsumsi makanan maupun minuman. Dengan mindful eating, individu menjadi lebih sadar dengan apa yang ia konsumsi. Mba Vivi menceritakan pengalamannya saat praktik mindful eating di kelas yang diajar. Mahasiswa ditugaskan untuk membawa makanan yang disukai. Saat praktik mindful eating, mahasiswa diarahkan untuk mengambil makanannya, kemudian diamati dengan panca inderanya. Makanan tersebut dicium aromanya, dilihat bentuknya, diraba teksturnya, dan dirasakan cita rasanya. Mahasiswa menemukan  banyak hal baru dari praktik mindful eating tersebut. Ada yang menemukan rasa pahit pada makanan yang ia sukai dan ada kandungan-kandungan makanan yang baru disadari.  

Dengan mindful eating, mahasiswa menjadi sadar berapa banyak kandungan gula yang ia konsumsi. Dengan kesadaran tersebut, muncul pemikiran bahwa untuk asupan nutrisi yang lebih sehat bisa didapatkan dari alternatif makanan lain yang kadar gulanya lebih rendah. Bahkan ada mahasiswa yang menerapkan mindful eating saat diet. Mahasiswa tersebut akhirnya berhasil melakukan diet setelah gagal berkali-kali. Sebelum ia menggunakan mindful eating dalam dietnya, ia selalu merasa cemas dengan berat badannya yang justru membuat ia makan dan minum lebih banyak untuk mengatasi cemasnya. Setelah mempraktikkan mindful eating, ia justru jadi lebih sadar dan tenang dengan apa yang akan ia konsumsi. Hal tersebut membuat ia menjadi lebih selektif sehingga terjadi penurunan berat badan secara signifikan. Dari cerita tersebut dapat dilihat bahwa mindful eating sangat berdampak positif baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental individu. 

Mindfulness juga diterapkan dalam situasi ibadah, seperti Hari Raya Nyepi. Mindfulness membuat Mba Vivi dapat berdoa dengan penuh kesadaran dan merasa terkoneksi dengan Tuhan. Dengan demikian, Mba Vivi sadar bahwa beliau bersyukur dan sedang meminta sesuatu pada Tuhan. Mba Vivi juga sadar akan kebutuhan fisiknya dalam keadaan lapar dan haus, namun tidak ada yang bisa dilakukan selain menerima rasa lapar itu sendiri. Penerimaan tersebut membuat Mba Vivi menjadi lebih bisa meregulasi dirinya dengan baik. Mindfulness membuat dirinya menjadi lebih menerima keadaan dengan tenang sehingga bisa beribadah dengan khusyuk.  

Dalam kehidupan sehari-hari, mindfulness perlu dilakukan ketika individu sudah mulai merasa kacau, dirinya sudah sulit untuk memfokuskan dirinya pada waktu dan ruang yang ada di hadapannya saat ini, dan sulit dalam mengambil keputusan. Saat individu sudah terlalu larut dalam pikiran dan masalahnya, individu perlu melakukan mindfulness sebagai tindakan “mundur sejenak” dari terbaginya realita yang sedang dihadapi dengan yang sedang dipikirkan atau dirasakan. Mindfulness membuat individu berespon dan mencegah diri untuk bereaksi secara agresif terhadap keadaan. Mba Vivi menjelaskan terdapat perbedaan antara respon dan reaksi. Respon adalah tanggapan terhadap sesuatu berdasarkan penalaran yang dipertimbangkan dengan matang, sedangkan reaksi adalah tindakan terhadap sesuatu berdasarkan dorongan hati tanpa dipertimbangkan dengan matang. Mindfulness membuat kita menjadi lebih menganalisis dan mempertimbangkan keadaan serta tindakan apa yang lebih tepat untuk dilakukan.  

Di Indonesia sendiri terdapat kegiatan-kegiatan seminar maupun workshop yang menggunakan mindfulness. Tim Dosen Fakultas Psikologi UI juga pernah menyelenggarakan pelatihan “Mindfulness at Workplace” di beberapa fakultas di UI untuk para dosen dan tenaga kependidikan. Mba Vivi sendiri mengikuti pelatihan tersebut sebagai peserta. Meskipun Mba Vivi sudah menggeluti topik mindfulness sejak lama, Mba Vivi merasa bahwa Mindfulness tetap perlu dipelajari, dipraktikkan, dan dilatih agar dapat dirasakan manfaat nyatanya. Dosen Fakultas Psikologi UI juga pernah ada yang menyelenggarakan kegiatan “Mindful Walking” untuk mahasiswa UI. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan berjalan kaki dengan penuh kesadaran di Hutan UI untuk membuat mahasiswa sadar serta bersyukur akan diri sendiri dan lingkungan sekitar.  

Sebagai mahasiswa S3 yang dibimbing oleh dosen yang tergabung dalam Kelompok Riset Studi Keluarga Fakultas Psikologi UI, Mba Vivi pernah melaksanakan program Mindful Parenting di beberapa tempat di Indonesia. Program tersebut dilaksanakan di Palembang, Jawa Tengah, Bogor, dan Demak pada waktu yang berbeda. Program tersebut membantu para Ibu untuk sadar terhadap perilaku anak dan dampak perilaku anak tersebut terhadap dirinya sebagai orang tua. Kesadaran tersebut memberikan insight kepada para Ibu bahwa perilaku anaknya tidak serumit yang ia bayangkan. Kesadaran tersebut juga membuat para Ibu memahami dirinya sendiri terlebih dahulu. Pada akhirnya, para Ibu menjadi bisa berespon dengan baik kepada anak dan tidak bereaksi agresif dalam menghadapi anak.  

“Semoga orang-orang Indonesia dapat sangat paham dengan mindfulness dan bisa melakukan karena itu membantu banget, bantu untuk diri dan hubungan untuk orang lain sehingga well-beingnya menjadi lebih baik,” ucap Mba Vivi dengan antusias.