Pelatihan Daring Tim UI: Strategi Pengajaran Efektif bagi Anak Berkebutuhan Khusus Selama PJJ

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), tim pengabdi Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan kegiatan berupa pelatihan daring tentang Strategi Pengajaran di Sekolah Inklusif kepada para guru di sebuah sekolah dasar di Cilangkap, Depok, Jawa Barat. Sejak adanya wabah Covid-19 tahun lalu, PJJ menjadi salah satu alternatif yang memungkinkan para anak didik tetap bersekolah. Data UNICEF (2020) mengungkapkan bahwa terdapat sekitar 60 juta peserta didik di Indonesia. tidak belajar di sekolah konvensional, dan sekolah diharapkan dapat memfasilitasi PJJ secara daring melalui penggunaan berbagai platform digital.

Dalam rangka menunjang penyelenggaraan PJJ ini dan memastikan bahwa anak mendapatkan kesempatan belajar yang sama, maka pemerintah Indonesia memberikan dukungan seperti Kuota Belajar dan program Belajar dari Rumah. Program Belajar dari Rumah menyediakan media pembelajaran melalui TVRI untuk menjangkau masyarakat yang memiliki keterbatasan akses internet. Program lain seperti peluncuran portal Guru Berbagi juga dibentuk sebagai wadah berbagi strategi dan materi pembelajaran antara guru yang saling membutuhkan (Kemendikbud, 2020).

Meskipun telah banyak dukungan diberikan, pada kenyataannya PJJ masih memiliki potensi dampak yang tidak diharapkan, misalnya kendala yang dihadapi guru dalam mengajar anak didik, peserta didik yang merasa lelah secara emosional, dan orang tua yang mungkin mengalami kebingungan saat mendampingi anak belajar di rumah. Kendala juga dihadapi oleh guru sekolah inklusif yang harus mengajar anak reguler dan anak berkebutuhan khusus di satu kelas yang sama.

Hal ini yang melatarbelakangi tim pengabdi dari Fakultas Psikologi yang diketuai oleh dosen Fakultas Psikologi UI, Farida Kurniawati, S.Psi., M.Sp.Ed., Ph.D., beranggotakan Kiki Fauziah dan Andi Nur Zamzam Arman, melakukan pengabdian masyarakat di Cilangkap. Pelatihan daring ini bertujuan untuk membekali guru tentang pengetahuan dan keterampilan mengelola kelas inklusif, yaitu kelas dengan siswa reguler dan berkebutuhan khusus.

Pada umumnya, guru tersebut belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak untuk mengajar anak berkebutuhan khusus, sehingga di masa PJJ mereka mendapatkan tantangan baru, yaitu masalah emosi dan motivasi belajar anak yang kurang mendukung. Dalam hal ini, sangat dibutuhkan kolaborasi antara guru dan orang tua, sehingga proses pembelajaran anak selama masa pandemi dapat berjalan sesuai harapan.

Hal ini sulit terwujud karena ada orang tua yang mengalami masalah finansial akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), sehingga fokus mereka terbagi. Kalaupun mereka masih aman secara finansial, namun masih ada masalah karena harus memperhatikan anak-anaknya yang lain. Selain itu, ada orang tua yang kurang mengetahui cara mendampingi anak berkebutuhan khusus belajar di rumah karena sebelum PJJ mempercayakan sepenuhnya pendidikan anak kepada guru dan pihak sekolah. Hal ini dapat mengakibatkan proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus selama pandemi cenderung menurun.

Pelatihan yang diberikan tim pengmas UI adalah tentang teknik-teknik pengajaran efektif yang bisa diterapkan guru selama PJJ. Selain menyasar aspek akademik, pelatihan ini memberikan perhatian pada aspek non-akademik yang juga berperan bagi keberhasilan kegiatan belajar-mengajar (KBM). Farida dan anggota tim menekankan pentingnya menjaga relasi di antara semua anak melalui kegiatan-kegiatan virtual seperti saling bertukar kabar dan bercerita mengenai kegiatan sehari-hari. Kegiatan-kegiatan ini dapat membuat anak merasa tetap terhubung satu sama lain dan diharapkan tidak kesepian.

Selain itu, PJJ juga bisa membuat tekanan emosi yang besar bagi anak dan guru, sehingga diperlukan adanya teknik mengelola emosi. Lewat cara mengelola emosi yang disampaikan pada pelatihan tersebut, maka guru bisa menggunakannya dan mengajarkan kepada peserta didik agar semua merasa lebih rileks selama KBM. Mereka juga mendapat pembekalan tentang strategi meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara guru dan orang tua.
Pelatihan daring yang diberikan kepada 24 orang guru tersebut berlangsung selama 6 jam, dengan materi tentang pengetahuan teoritis, juga cara praktis yang bisa langsung diterapkan dalam menangani suatu permasalahan, misalnya jika anak didik menolak mengerjakan tugas. Tindak lanjut dari pelatihan ini dilakukan melalui komunikasi antara tim pengabdi dan guru melalui grup whatsapp.