JAKARTA – Dapat diterima kuliah di Perguruan Tinggi idaman di luar kota atau luar negeri adalah cita-cita banyak siswa yang baru menyelesaikan pendidikan di bangku SMA. Tentunya, selain merasa senang bisa diterima di Perguruan Tinggi idaman, siswa terkadang juga disertai rasa cemas menghadapi lingkungan baru yang akan ditemui di tempat perantauannya, yang sama sekali berbeda dengan daerah asalnya.
Walaupun kuliah di luar kota atau luar negeri terdengar sangat menyenangkan, namun tentunya terdapat juga momen-momen saat kita merasa kangen akan keluarga, rumah, makanan atau tempat tinggal asal.
Oleh karena itu, kita harus memiliki kemampuan adaptasi yang baik untuk dapat mengatasi homesickness ketika berada jauh dari orang-orang terdekat dan membiasakan diri dengan perbedaan yang ada di tempat tinggal baru kita. Nah, yuk simak beberapa tips-tips beradaptasi untuk teman-teman yang akan berkuliah di luar kota!
Sebelum kita membahas tips-tipsnya, kita perlu terlebih dahulu mengetahui mengenai gambaran pengalaman yang kemungkinan akan kalian alami ketika berpindah ke kota atau negara lain untuk berkuliah. Pada tahun 1963, dua orang peneliti bernama Gullahorn dan Gullahorn menggambarkan emosi yang dialami oleh seseorang ketika beradaptasi dengan budaya baru.
Dalam hipotesisnya, mereka menggambarkan emosi yang dirasakan oleh perantau seperti sebuah huruf ‘W’, dimana lengkungan pertama menggambarkan naik turunnya emosi ketika berada di tempat perantauan, sementara lengkungan kedua menggambarkan naik turunnya emosi ketika sudah kembali ke daerah asal.
Namun, untuk artikel hari ini kita akan membahas mengenai lengkungan pertama, yaitu emosi yang akan dirasakan perantau ketika baru menginjakkan kaki di daerah perantauan hingga ketika mereka sudah beradaptasi disana.
Dalam gambaran Gullahorn dan Gullahorn, emosi yang dirasakan ketika merantau dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu honeymoon, culture shock, dan initial adjustment. Fase pertama, yaitu the honeymoon phase, merupakan saat-saat di mana mahasiswa baru saja datang ke lokasi merantau dan menikmati lingkungan baru yang ditemui (Gasper & Baharudin, 2018).
Pada fase ini, mahasiswa merasa sangat bahagia karena akan berada di tempat yang baru, mendapatkan pengalaman-pengalaman menyenangkan yang baru, dan juga berkenalan dengan teman-teman baru. Beberapa mahasiswa mungkin menemukan kebebasan yang tidak pernah dirasakan di daerah asalnya, sehingga menambah euforia yang dirasakan di daerah perantauan.
Fase ini biasanya terjadi sejak mahasiswa merencanakan keberangkatannya hingga waktu yang singkat setelah kedatangannya (Jbdblack, 2015).
Selanjutnya, mahasiswa akan memasuki masa culture shock, yang ditandai dengan dirasakannya kesulitan saat menghadapi lingkungan yang baru. Culture shock biasanya terjadi dikarenakan perbedaan antara ekspektasi mahasiswa yang muncul saat honeymoon phase dengan realita yang harus mereka hadapi di lingkungan baru ini.
Di masa ini, mahasiswa harus mempelajari peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan baru sehingga mereka dapat merasa kebingungan dan homesick, alias rindu dengan rumah (Jbdblack, 2015). Pada fase ini, kemampuan adaptasi mahasiswa sangat dibutuhkan agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dan memasuki fase terakhir, yaitu fase initial adjustment.
Masa initial adjustment ditandai dengan adaptasi yang dilakukan oleh mahasiswa dengan lingkungan barunya (Gasper & Baharudin, 2018). Walaupun masih terdapat perbedaan antara budaya di lingkungan daerah asal dengan daerah rantau, mahasiswa sudah merasa semakin nyaman karena kemampuannya dalam beradaptasi.
Nah, ketiga fase ini sangat normal untuk dirasakan mahasiswa yang merantau. Jadi jangan khawatir, ya, teman-teman, apabila merasakan hal-hal ini ketika merantau! Homesickness tidak dapat dihindari, namun kita dapat beradaptasi agar dapat mengatasi homesickness dengan baik!
Nah, karena tadi kita sudah membahas mengenai emosi yang dirasakan pada perantau, sekarang, bagaimana sih cara beradaptasi untuk dapat mengatasi homesickness dengan baik?
Bersosialisasi
Kelilingi diri kalian di daerah perantauan dengan teman-teman baru yang membuat kalian merasa nyaman dan dapat kalian andalkan. Di daerah baru, kalian sudah tidak lagi bersama orang-orang terdekat seperti orang tua dan teman-teman. Ketika membutuhkan bantuan atau sekadar membutuhkan tempat curhat, teman-teman baru kalian di tempat perantauanlah yang dapat kalian andalkan untuk membantu.
Selain dapat meningkatkan kepercayaan diri dan well-being, keberadaan teman-teman dapat menggantikan peran kerabat dan orang-orang terdekat di rumah untuk sementara (Craig & Kuykendall, 2019).
Namun, jangan lupa untuk keep in touch dengan kerabat di rumah, ya! Tetaplah lakukan update kehidupan dengan kerabat-kerabat di daerah asal untuk mengurangi perasaan homesickness dan menghindari kebingungan ketika sudah kembali dari perantauan.
Rekreasi
Selanjutnya, penting juga untuk berusaha mengapresiasi dan menikmati daerah perantauan. Walaupun terdapat perbedaan antara daerah perantauan dengan daerah asal, setiap lokasi pasti memiliki keunikannya masing-masing yang dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi para mahasiswa pendatang.
Tanyakan kepada teman-teman baru kalian atau gunakan fasilitas internet untuk mencari informasi mengenai tempat-tempat menarik di daerah perantauan kalian. Selain mengapresiasi daerah rantau kalian, kalian juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan menyenangkan di daerah rantau kalian.
Lakukan aktivitas bersama teman, temui hal-hal baru, lakukan hobi Anda, dan jangan lupa untuk menikmati waktu kalian disana. Biasanya, setiap kampus memiliki fasilitas untuk rekreasi mahasiswanya, seperti program travelling, turnamen-turnamen olahraga, kelas seni gratis, dan lainnya.
Berbagai penelitian menemukan bahwa mengikuti kegiatan-kegiatan rekreasi yang ditawarkan oleh kampus memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan well-being, memperluas pertemanan, dan mengurangi homesickness (Henchy, 2011; Miller, 2011; Roxas, 2023). Oleh karena itu, jangan lupa untuk tanyakan mengenai fasilitas rekreasi kepada petugas kampus atau melalui laman kampus!
Eksplorasi
Terakhir, selain mengenali aktivitas-aktivitas di daerah tempat merantau, penting juga untuk mencari tahu dan mengetahui tempat-tempat dimana kalian dapat memenuhi kebutuhan kalian. Ketika merantau, kita harus menghadapi lingkungan baru yang mungkin sangat berbeda dengan lingkungan lama kita.
Oleh karena itu, gunakan waktu-waktu kedatangan kalian untuk mengeksplorasi tempat baru tersebut dan mencari tahu dimana kalian dapat memenuhi kebutuhan kalian, misalnya mulai dari tempat makan yang paling hemat sampai tempat belajar yang paling nyaman. Ketika mahasiswa merasa bahwa lingkungan belajarnya dapat mendukung kebutuhan-kebutuhannya, masa well-being juga akan meningkat (Neufeld & Malin, 2019).
Selain itu, penting juga untuk mengetahui layanan medis dan psikologis yang disediakan oleh kampus. Dewasa ini, hampir seluruh kampus sudah menyediakan layanan perawatan medis dan psikologis gratis untuk para mahasiswanya. Jangan lupa untuk cari tahu atau tanyakan ke petugas terkait mengenai layanan-layanan tersebut untuk menunjang kebutuhan kesehatan fisik dan jiwa selama merantau.
Dengan memahami fase-fase emosi yang mungkin dialami ketika merantau, serta mengikuti beberapa tips dalam beradaptasi yang telah disebutkan, diharapkan teman-teman yang akan berkuliah di luar kota atau di luar negeri dapat menghadapi berbagai tantangan dan juga perasaan homesickness dengan lebih baik.
Jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman-teman baru dan memanfaatkan fasilitas yang disediakan kampus untuk meningkatkan well-being kalian selama masa perantauan. Semoga pengalaman kuliah di daerah perantauan kalian dapat membawa banyak pembelajaran, kebahagiaan, dan kenangan indah bagi kalian semua.
Ditulis oleh:
Andi Talitha Rachmani Umar & Dr. Dyah Triarini Indirasari, S.Psi., M.A, Psikolog
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Sumber: https://edukasi.okezone.com/read/2023/07/27/65/2852944/tips-anti-homesick-ini-3-cara-mahasiswa-mudah-beradaptasi-saat-kuliah-di-luar-kota