Webinar F.Psi UI Sesi 1: Memperkuat komunikasi suami istri

DEPOK –(30/04/2020) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (F.Psi UI), menggagas acara seri Webinar dengan tema” Dari Isolasi diri menjadi pengayaan pribadi” dengan via Zoom. Webinar ini dibagi 7 sesi, dimana untuk sesi 1 mengambil tema “Memperkuat komunikasi suami istri”, dengan narasumber Dr. Yudiana R.Sari, Psikolog, yang merupakan Psikolog dan Dosen dari Fakultas Psikologi UI.

Tjut Rifameutia, Dekan F.Psi UI, dalam sambutan pembukanya mengatakan, keadaan kita yang saat ini terpaksa harus mengisolasi diri, untuk beberapa orang mungkin terasa kurang nyaman, untuk orang lain mungkin beberapa saat bisa nyaman tetapi kemudian membosankan, dengan edukasi yang kita berikan, kita berharap bahwa masa-masa isolasi seperti ini nanti pada akhirnya menjadikan kita memiliki banyak kemampuan, keahlian dari banyak sumber, salah satunya mudah-mudahan dari Fakultas Psikologi UI, sehingga nantinya menjadi pribadi yang kaya, mudah-mudahan bisa membuat banyak orang percaya diri, menjadi lebih bahagia setelah melalui masa pandemi ini.

Yudiana ratnasari, sebagai narasumber, menyampaikan bahwa salah satu dari sekian banyak aspek penting dalam perkawinan adalah masalah komunikasi. Ada banyak hal yang menyebabkan komunikasi menjadi tidak berjalan dengan baik, apalagi ditengah kondisi seperti saat ini, dimana yang biasanya 8 jam atau lebih kita harus keluar rumah, sekarang 24 jam berada dirumah, begitu juga dengan pasangan kita dan hal tersebut tentunya akan menimbulkan kebosanan pada diri seseorang.

Menyikapi hal tersebut kita diharapkan mampu mengelola diri dengan pasangan  dalam kondisi  yang terjadi diluar ekspektasi  diperlukan kemampuan mengelola diri  dan komunikasi yang efektif agar jarak antara ekspektasi dengan kenyataan dipersempit dan bahkan menjadi sarana belajar saling mengenal lebih jauh. Kondisi ini juga menjadi kesempatan belajar untuk saling mengetahui kondisi anggota keluarga, ketika tidak sedang work from home (WFH). Kondisi WFH membuat komunikasi dengan pasangan makin intens, akibatnya diperlukan model komunikasi yang baik agar mampu meminimalkan konflik, Ada 4 hal yang harus dihindari dalam komunikasi dengan pasangan yakni mengkritik pasangan, merendahkan pasangan, Defensi ketika menerima masukan, menarik diri saat berkomunikasi.

Mengkritik pasangan, dalam menyampaikan ketidaksetujuan, harapan yang diinginkan cenderung menyerang aspek kepribadian atau karakteristik bukan pada tingkah laku spesifik. Merendahkan pasangan, model komunikasi seperti ini lebihbanyak diwarnai dengan intensi untuk menyakiti dengan pemilihan kata-kata yang cenderung kasar, maupun Bahasa non verbal yang juga kasar. Bahkan terkadang dengan humor yang sarkastik/hostile. Defensif ketika menerima masukan, model komunikasi seperti ini menunjukan pasangan mencoba untuk mengelak dan menyatakan ketidaksetujuan dengan tanggung jawab yang diberikan. Menarik diri/ menghindar saat berkomunikasi, umumnya model komunikasi seperti ini terjadi ketika ada hal-hal yang belum selesai, dan kemudian pasangan menghindar dari komunikasi yang coba dijalin oleh salah satu pasangan.

Ada beberapa saran yang bisa dilakukan terhadap model komunikasi yang cenderung negatif. Saran untuk laki-laki (suami), cobalah “merangkul” dan “memahami” marah ataupun emosi negative yang muncul saat berkomunikasi. Saran untuk kaum perempuan (istri), lakukan konfrontasi dengan kelembutan. Sementara saran untuk kedua pasangan, terimalah model komunikasi yang mungkin sudah menjadi “bawaan” dari masing-masing pasangan baik pengaruh gender maupun juga sebagai hasil proses belajar dan pendidikan dari lingkungan yang signifikan dari pasangan.

Yang bisa dilakukan agar komunikasi menjadi lebih menyenangkan, tunjukan minat terhadap topik yang dibicarakan oleh pasangan ketika sedang berkomunikasi, sentuhan fisik tetap bisa diberikan. Pegang tangan pasangan, atau jika pasangan sedang lelah, pijat pundak dan lehernya, berikan apresiasi tehadap komentar dan pemikirannya, jika ingin membantah lakukan dengan cara yang lembut. Berusaha menunjukan empati terhadap apa yang dialami pasangan, gunakan humor dalam komunikasi, serta tidah mengharuskan pembicaraan serius.

Ungkapan dan komunikasi dalam keadaan yang seperti ini akan menjadi hal yang menyenangkan yang terjadi pada diri kita, anak ataupun yang terjadi dilingkungan terdekat jika dilakukan dengan tepat dan bijak. (Md)