Jakarta Anak atau remaja yang memiliki masalah mental seperti depresi atau gangguan kepribadian harus lebih berhati-hati ketika menikmati karya seni yang mengandung unsur bunuh diri.
Hal tersebut dikarenakan mungkin saja, banyak dari mereka yang sudah memiliki keinginan bunuh diri sudah ada dalam dirinya, bahkan sebelum terpapar sebuah cerita dengan unsur bunuh diri.
“Memang kecenderungan itu sudah ada dalam dirinya, lalu ketika ada model atau contoh jadi seperti terkonfirmasi bahwa hal itu umum atau biasa dilakukan atau boleh dilakukan,” kata psikolog klinis yang juga staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dr. Imelda Ika Dian Oriza, S.Psi., M.Psi.,Psikolog.
Perempuan yang akrab disapa Dian itu mengatakan bahwa bukan karya seni atau pembuatnya yang harus disalahkan terkait adanya masalah semacam itu. Yang harus diselesaikan adalah penyebab keinginan bunuh diri tersebut.
Dian mengatakan bahwa karya seni merupakan ekspresi dari penciptanya dan memang bisa menggerakkan emosi orang lain. Meski begitu, ketika seseorang terpicu melakukan hal yang buruk karena menikmati sebuah sebuah karya, penciptanya tidak bisa begitu saja dikatakan sebagai penyebab seseorang melakukan hal yang negatif.
“Memang penulisnya tidak bisa disalahkan karena dia mengekspresikan dirinya,” ujar Dian.
Di sisi lain, para pencipta karya seni tetap harus berhati-hati dengan apa yang dibuatnya. Terutama, ketika dikaitkan dengan batasan norma yang ada di masyarakat.
“Sehingga tentu saja, harus hati-hati untuk menulis dan penikmat seni dalam memaknai karya seni orang lain dan menjaga diri agar tidak terprovokasi secara emosional oleh karya orang lain,” tandasnya.
Sumber : Liputan6.com