Memahami Konsep dan Teknik Terapi Pernikahan

Memahami Konsep dan Teknik Terapi Pernikahan

(Depok, 26/01/2019) K-Talenta Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengadakan Pendidikan dan Pelatihan bertajuk Psikologi Keluarga dengan tema “Terapi Pernikahan”. Dengan mengundang Ibu Dr. Adriana S. Ginanjar, M.S. Psikolog, sebagai Narasumber. Beliau adalah pendiri Sekolah Mandiga, Dosen Fakultas Psikologi UI, serta Psikolog yang sudah berpengalaman dalam menangani kasus-kasus dalam bidang pernikahan.

Dihadiri oleh Psikolog, Mahasiswa S2 profesi psikologi, Konselor dan Praktisi pernikahan, Pendidikan dan Pelatihan ini dimulai dengan pemaparan mengenai konsep-konsep penting dalam terapi keluarga, khususnya terapi pernikahan. Terdapat konsep-konsep penting dalam terapi keluarga , pertama interconnectedness dimana munculnya masalah berkaitan dengan interaksi dalam keluarga dan lingkungan sosial, bukan disebabkan oleh satu orang atau kejadian tertentu, Perlu ditemukan pola-pola interaksi maladaptif dalam keluarga dan cara pemecahan masalah yang terkait dengan konteks keluarga, serta masalah muncul karena adanya interaksi berulang yang maladaptif (circular causality). Usaha-usaha pemecahan masalah dapat memperburuk masalah. Kedua Family Structure, Kualitas interaksi keluarga dapat dianalisis berdasarkan struktur keluarga, yaitu melalui boundaries dan hierarkhi yang terbentuk. Boundaries, batas-batas yang tidak nyata tetapi mengatur interaksi diantara anggota keluarga. Boundaries harus kuat tetapi fleksibel sementara Hierarkhi, menjelaskan posisi anggota-anggota keluarga, peran masing-masing dan pembagian “kekuasaan” dalam keluarga. Ketiga Triangles, Emotional triangles muncul bila dalam hubungan diadik terjadi kecemasan atau stres sehingga melibatkan orang lain atau hal tertentu. Triangles dapat berperan positif dan membantu pemecahan masalah, namun tidak jarang justru menghambat dan menimbulkan masalah baru, Triangles dalam keluarga yang tidak terselesaikan, akan berulang pada generasi-generasi selanjutnya

Kemudian dilanjutkan dengan teknik-teknik yang digunakan dalam menjalankan terapi pernikahan, yakni Empati, Genogram, Solution Question, Informasi, Pelatihan Ketermpilan, Tugas diluar sesi. Teknik Empati, adalah dengan Menujukkan pemahaman, mendukung klien lebih terbuka, membuat kesimpulan dari cerita klien, mengungkapkan perasaan/emosi yang tersirat, menyampaikan informasi penting terkait masalah klien. Genogram, Memperjelas pola-pola interaksi dalam keluarga, Membantu munculnya insight pada klien tentang peran keluarga besar dalam hubungan perkawinan, Memberi arti baru pada isu-isu keluarga, Mengubah sistem keluarga yang menimbulkan masalah dan konflik. Solution Approach, Klien memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah, Perubahan sifatnya konstan, Tugas terapis adalah mendorong perubahan, Untuk mengatasi masalah tidak dibutuhkan informasi tentang problem secara lengkap, Klien menentukan tujuan terapi, Fokus terapi adalah pada aspek-aspek yang bisa diubah. Pemberian Informasi, Terapis perlu memberi informasi yang tepat tentang masalah klien (dari buku, konsultasi dengan kolega, menggali dari klien). Pelatihan Ketrampilan, Bagi pasangan tertentu perlu diberikan pelatihan ketrampilan dalam berkomunikasi,  berinteraksi, dan memecahkan masalah, Terapis dapat menjadi model, bermain peran, dan menjadi “wasit” selama sesi terapi., Terapis dapat pula berperan sebagai pengamat yang memberikan feedback dan mengoreksi kesalahan. Tugas-tugas di Luar Sesi Terapi, seorang terapis perlu Mengubah pola interaksi yang maladaptive, Mendorong kerjasama pasangan, Memperbesar dampak positif dari terapi, Mengetahui motivasi dan kesungguhan klien untuk berubah, Meningkatkan rasa percaya diri pada klien untuk memecahkan masalahnya

Menerapkan pendekatan mindfulness (presence-attunement-resonance)Teknik-teknik tersebut dipraktikkan bersama para peserta yang hadir. Selain itu, pembahasan dan diskusi contoh kasus juga diberikan supaya simulasi teknik terapi pernikahan menjadi lebih tergambar. Peserta juga melakukan diskusi pembahasan mengenai perencanaan terapi yang didesain untuk kasus tertentu beserta dengan hasil yang diharapkan dan dipresentasikan dalam kelas agar peserta bisa memberikan feedback dan saling berbagi informasi dan pengalaman yang pernah dialami.