Research Day :Apakah Gejala Skizofrenia Berbeda di Tiap Negara?

Rabu, 11 April 2018, Fakultas Psikologi UI melaksanakan kegiatan Research Day. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Bintang, Gedung A lantai 2 Fakultas Psikologi UI sejak pukul 13.00-15.00 WIB. Topik Research Day bulan ini yaitu adalah “Gejala skizofrenia antar budaya: Apakah fenomena yang dianggap gangguan jiwa di suatu negara merupakan gangguan jiwa di negara lain? Analisis measurement invariance 13 negara dengan N = 7000+” dengan narasumber Dr. phil. Edo Sebastian Jaya, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Kegiatan ini bertujuan untuk berbagi ilmu pengetahuan, khususnya mengenai penelitian tentang gejala skizofrenia antar negara. Penelitian tersebut ingin menyelidiki apakah terdapat perbedaan pengalaman psikotik di berbagai negara. Jika terdapat perbedaan, maka apakah perbedaan tersebut disebabkan oleh masalah teknis analisis dalam uji statistik atau disebabkan hal lainnya. Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan ini adalah sebanyak 25 orang.

Rangkaian acara terdiri dari pembukaan, sesi presentasi dari narasumber, dan sesi tanya jawab. Acara dibuka oleh Dr. Rizka Halida, S.Psi., M.Si., selaku Manajer Riset dan Pengabdian Masyarakat. Acara dilanjutkan dengan sesi pemaparan materi dari narasumber. Narasumber memulai presentasi dengan penjelasan mengenai definisi dari skizofrenia. Seseorang dapat dikatakan mengalami skizofrenia apabila dua dari simtom muncul dalam kurun waktu sebulan. Simtom yang muncul bisa berupa delusi, halusinasi atau disorganized speech. Penyebab dari skizofrenia dapat berasal dari faktor bawaan dan lingkungan, dimana faktor bawaan berperan lebih besar dibandingkan faktor lingkungan. Faktor lingkungan diantaranya adalah migrasi, penduduk di kota-kota besar, childhood trauma, dan hearing impairment (karena dikucilkan oleh orang sekitar).

Pembahasan selanjutnya adalah pemaparan dari hasil suatu penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prevalensi psikosis di negara maju dan negara berkembang. Partisipan di negara berkembang lebih sedikit mengalami psikosis dan apabila mengalami psikosis, mereka akan lebih cepat pulih. Hal ini bisa disebabkan oleh perbedaan budaya, dimana budaya di negara berkembang cenderung kolektif. Namun narasumber menduga bahwa hal tersebut juga bisa disebabkan oleh measurement error. Oleh karena itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh narasumber terdapat analisis measurement invariance untuk mencegah terjadinya measurement error. Kemudian narasumber menjelaskan tentang alat ukur, metode pengambilan data, uji statistik yang dilakukan serta hasil penelitian.

Pada sesi tanya jawab, terdapat beberapa pertanyaan mengenai metode pengambilan data dan partisipan penelitian. Peserta pertama bertanya tentang kriteria partisipan penelitian. Narasumber menjawab bahwa alat ukur diberikan kepada siapa saja, karena sebelumnya tidak ada pengukuran untuk membedakan orang yang dianggap sehat secara mental. Dilanjutkan dengan pertanyaan dari peserta kedua yakni tentang cara pengambilan data dan dijawab oleh narasumber bahwa pengambilan data dilakukan secara online dan paper and pencil. Pertanyaan lainnya adalah mengenai penentuan negara yang dijadikan partisipan penelitian. Narasumber menentukan negara berdasarkan keadaan, jumlah low income dan high income harus seimbang. Partisipan lain gfrbertanya jika menemukan data dengan persebaran skewed, apakah data tersebut harus dinormalkan terlebih dahulu atau bisa langsung diolah. Narasumber menjawab bisa langsung diolah. Acara ditutup dengan pemberian sertifikat kepada narasumber.