Memperingati Bulan Pendidikan Nasional Bersama Prof. Farida Kurniawati, M.Sp.Ed., Ph.D., Psikolog: “Peran Psikologi untuk Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia”

Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei. Dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional di bulan Mei ini, mari simak pembahasan Psikologi Pendidikan dalam pendidikan inklusif di Indonesia!

Pendekatan inklusi dalam pendidikan telah menjadi fokus perhatian di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Konsep ini mengarah dengan pernyataan bahwa setiap individu, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Prof. Farida Kurniawati, M.Sp.Ed., Ph.D., Psikolog merupakan dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang memiliki pengalaman luas dalam mendorong pendidikan inklusif di Indonesia melalui berbagai penelitian, proyek, dan pengabdian kepada masyarakat.

Menurutnya, penerapan pendidikan inklusif di Indonesia masih dihadapi oleh berbagai tantangan. Salah satu tantangan yang besar adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman yang luas tentang pentingnya pendidikan inklusif. Banyak orang masih memandang ABK sebagai individu yang harus dipisahkan dan ditempatkan dalam sekolah khusus. Hal ini mencerminkan adanya stigma dan diskriminasi terhadap anak-anak tersebut.

Padahal, penerapan pendidikan inklusif memiliki manfaat yang luar biasa. Melalui pendekatan ini, ABK dapat meraih potensi penuh mereka dalam proses belajar dan berkembang baik pada aspek akademik maupun sosial-emosional. Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebaya dan menjalankan pembelajaran di lingkungan inklusif. Lebih dari itu, pendekatan inklusi ini berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang inklusif, menghilangkan stigma, dan mendorong terwujudnya keadilan sosial.

Kerja sama antara guru, orang tua, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan pendidikan inklusif. Guru perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus setiap anak agar memberikan dukungan yang sesuai. Orang tua juga perlu terlibat aktif dalam mendukung perkembangan anak. Menghilangkan stigma dan diskriminasi adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Masyarakat dapat terlibat dalam kegiatan pendidikan inklusif, seperti menyediakan fasilitas aksesibilitas, menjadi relawan, atau mendukung program inklusi di komunitas mereka.

Melihat ke masa depan, Prof. Farida berharap agar pendidikan inklusif di Indonesia semakin diperhatikan dan diutamakan. “Dengan saling mendukung dan bekerja sama, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, memastikan setiap anak mendapatkan pendidikan yang layak, dan membantu mereka mencapai potensi penuh mereka,” ujarnya.