Doktor F. Psikologi UI Teliti Proses Pembentukan Leader Endorsement pada Pemimpin yang Berperilaku Tidak Menyenangkan

Depok, 22 Juli 2022. Leader endorsement berperan penting dalam mewujudkan efektivitas kepemimpinan, karena dukungan bawahan akan menguatkan pengaruh seseorang pemimpin terhadap bawahannya. “Efektivitas kepemimpinan di organisasi juga sangat bergantung pada leader endorsement atau dukungan bawahan terhadap pemimpinnya. Perilaku positif pemimpin merupakan faktor kunci untuk mendapatkan dukungan bawahan, namun seringkali seorang pemimpin juga berperilaku tidak menyenangkan kepada bawahannya” ujar Sami’an dalam acara Promosi Doktor Program Studi Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (F. Psikologi UI), dengan judul disertasi “Proses Pembentukan Leader Endorsement pada Pemimpin yang Berperilaku Tidak Menyenangkan”, yang dilaksanakan pada hari Senin (21/07).

Sidang Promosi Doktor Sami’an diketuai oleh Dekan F. Psikologi UI Dr. Bagus Takwin, M.Hum., Psikolog, dengam Promotor Dra. Corrina D.S. Riantoputra, M.Com., Ph.D., Psikolog. dan Ko-Promotor Prof. Andreas Budihardjo, Ph.D. Tim penguji dalam sidang tersebut adalah Debora Eflina Purba, S.S., M.Si., Ph.D. (Ketua) dan 4 anggota tim penguji lainnya, yakni Prof. Dr. Muhamad Enoch Markum, Prof. Dr. phil. Hana Panggabean, Psikolog, Prof. Dr. Fendy Suhariadi, M.T., Psikolog, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D. Saat ini Sami’an merupakan pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Dalam pemaparannya, Sami’an menyampaikan sekalipun leader endorsement sangat penting dan menentukan efektivitas kepemimpinan, riset terkait hal ini masih relatif baru dibandingkan riset topik kepemimpinan lainnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa studi empiris terkait leader endorsement mulai dilakukan sesudah tahun 2010, yaitu sesudah artikel teoritis dari DeRue dan Ashford (2010) dan buku Haslam, Reicher dan Platow (2010) yang berjudul, “The new psychology of leadership: identity influence and power”, dimana riset terdahulu secara umum menunjukkan bahwa leader endorsement ditentukan oleh evaluasi positif bawahan terhadap pimpinan.

Sami’an mengambil sampel studi yang dilakukan di perusahaan BUMD dan 2 perusahaan swasta dengan total jumlah partisipan sebanyak 369 karyawan menunjukkan bahwa dukungan bawahan terhadap pemimpinnya masih memungkinkan diberikan oleh bawahan kepada pemimpin yang berperilaku tidak menyenangkan. Pada presentasinya dijelasakan bahwa dalam kondisi ini, ada peran rasa percaya pada atasan (trust in supervisor), yang terdiri dari komponen afektif dan kognitif, yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa komponen afektif lebih berperan dalam menguatkan rasa percaya pada pemimpin yang berperilaku tidak menyenangkan, sedangkan komponen kognitif justru berperan sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen kognitif melemahkan dukungan bawahan terhadap pemimpinnya khususnya di perusahaan pemerintah, tidak di perusahaan swasta.

Luaran dari disertasi ini juga menyumbangkan kebaruan pada teori Conservation of Resource, yakni peran dari faktor atribusi kausal (causal attribution) sebagai faktor yang bisa mempengaruhi penilaian (appraisal) individu terhadap stressor. Selama ini, teori Conservation of Resource menjelaskan bahwa faktor yang berperan pada penilaian adalah pengalaman dan kepemilikan sumber daya. Hasil penelitian pada disertasi ini memperlihatkan bahwa atribusi kausal pada perilaku atasan yang tidak menyenangkan, khususnya performance promotion motive, merupakan faktor penguat yang lebih berperan dalam proses pembentukan dukungan bawahan terhadap pemimpin (leader endorsement) pada pemimpin yang berperilaku tidak menyenangkan dibandingkan atribusi injury initiation motive.

Trust in supervisor dan causal attribution menjadi faktor penting yang berpengaruh pada proses penilaian (appraisal) terhadap perilaku atasan yang tidak menyenangkan apakah dinilai sebagai ancaman atau tidak terhadap berkurangnya rasa aman psikologis (psychological safety) bawahan. Bawahan yang menilai perilaku atasan yang tidak menyenangkan sebagai ancaman terhadap hilangnya psychological safety akan menahan diri untuk tidak mengalokasikan sumber daya yang dimiliki dalam bentuk leader endorsement. Sebaliknya, bawahan yang menilai perilaku atasan yang tidak menyenangkan bukan sebagai ancaman terhadap hilangnya psychological safety, maka bawahan akan tetap bersedia untuk mengalokasikan sumber daya yang dimiliki dalam bentuk leader endorsement.

Penelitian ini memperlihatkan bahwa untuk bisa mendapatkan dukungan dari bawahan, seorang pemimpin sebaiknya menghindari berperilaku tidak menyenangkan. Pemimpin perlu mengembangkan hubungan yang berbasis kedekatan secara personal dengan bawahannya agar terbangun affective trust dari bawahannya.

(Md)