Doktor F.Psi UI Teliti Jalan Menuju Bahagia: Studi Mixed-Method  Tentang Peran Religiusitas, Spiritualitas, Kebersyukuran, dan Makna Hidup dalam Kebahagiaan

Depok– Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menggelar sidang terbuka Promosi Doktor atas nama Diana Elfida, secara online via zoom, Jum’at (6/08/2021).

Sidang Promosi Doktor ini diketuai oleh Dr .Tjut Rifameutia Umar Ali, M.A., Psikolog, dengan Promotor Dr. Bagus Takwin, M.Hum. , Kopromotor 1 Dra. Winarini Wilman, M.Ed.St., Ph.D., Psikolog, Koopromotor 2 Dr. Mirra Noor Milla, S.Sos., M.Si, Ketua Penguji dan Tim Penguji Prof. Dr. Guritnaningsih, Psikolog (Ketua), Prof. Subandi, M.A., Ph.D., Psikolog, Dr. Adriana Soekandar, M.S., Psikolog, Sali Rahadi Asih, M.Psi., MGPCC., Ph.D., Psikolog, Dianti Endang Kusumawardhani, M.Si., M.M., Ph.D., Psikolog.

Disertasi yang diangkat oleh Promovendus “Jalan Menuju Bahagia: Studi Mixed-Method  Tentang Peran Religiusitas, Spiritualitas, Kebersyukuran, dan Makna Hidup dalam Kebahagiaan”.

Konsep kebahagiaan yang berkembang dan banyak digunakan saat ini dapat dibedakan berdasarkan perspektif hedonik (subjective well-being/SWB), eudaimonik (psychological well-being/PWB), dan gabungan keduanya (PERMA). Ketiga konsep ini berasal dari pemikir yang Barat yang berbudaya individualistik dan hanya terfokus pada diri manusia dan lingkungannya, kurang memperhatikan pengaruh nilai budaya lainnya yang kolektivistik dan religius terhadap kebahagiaan. Ketiga konsep ini berbeda dengan konsep kebahagiaan orang Indonesia yang berbudaya kolektivistik dan mayoritas beragama Islam. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya peran religiusitas, spiritualitas, kebersyukuran dan makna hidup dalam kebahagiaan orang Indonesia. Penelitian ini menggunakan disain konvergen dari metode campuran (mixed-method).

Studi kualitatif bertujuan untuk memahami dan menjelaskan konsep kebahagiaan pada orang Indonesia. Partisipan berjumlah sembilan orang Muslim (L = 5; P = 4) dan berusia 23-74 tahun. Kesembilan partisipan berasal dari latar belakang yang berbeda dalam hal pendidikan, pekerjaan, dan status pernikahan. Hasil studi kualitatif menemukan tiga tema besar pengalaman bahagia, yaitu pemaknaan pengalaman bahagia, dimensi kebahagiaan, dan faktor-faktor yang terkait dengan kebahagiaan. Pemaknaan pengalaman bahagia meliputi tiga tema, yaitu rasa mampu mengatasi masalah dengan penerimaan dan syukur, kepuasan hidup dalam ketercukupan, dan rasa berharga berkat pencapaian dengan kerja keras. Dimensi kebahagiaan mencakup enam tema yang menggambarkan pengalaman kebahagiaan hedonik dan eudaimonik. Kebahagiaan hedonik meliputi pencapaian personal dan aktivitas waktu luang. Kebahagiaan eudaimonik mencakup hubungan dengan Tuhan, hubungan baik di dalam keluarga, hubungan sosial yang positif, dan kepedulian pada sesama. Faktor-faktor yang terkait dengan kebahagiaan meliputi ketaatan pada ajaran agama adalah hal utama, kesadaran spiritual, pemaknaan positif terhadap kehidupan, bersyukur kepada Tuhan di saat senang dan susah, dan pemahaman terhadap makna hidup. Hasil studi kualitatif menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya kolektif dan agama berpengaruh terhadap konsep kebahagiaan partisipan.

Studi kuantitatif dilakukan untuk menguji model teoritis, yang mengacu pada  meaning system framework (MSF), yang menyatakan bahwa kebersyukuran dan makna hidup memediasi hubungan antara religiusitas dan spiritualitas dengan kebahagiaan. Partisipan berjumlah 421 orang (P =  318; L = 103) , berusia 17-63 tahun. Hasil studi kuantitatif memperlihatkan bahwa model teoritis yang diajukan fit dengan data. Dengan demikian, kebersyukuran dan makna hidup terbukti memediasi hubungan antara religiusitas dan spiritualitas dengan kebahagiaan. Hasil analisis data juga memperlihatkan bahwa spritualitas, kebersyukuran dan makna hidup masing-masing merupakan prediktor yang signifikan terhadap kebahagiaan, sedangkan religiusitas tidak terbukti sebagai prediktor kebahagiaan. Hubungan spiritualitas dan kebahagiaan, juga dapat dimediasi secara parsial oleh kebersyukuran dan makna hidup. Religiusitas tidak memiliki hubungan langsung dengan kebahagiaan tetapi dimediasi penuh oleh kebersyukuran dan makna hidup. Sebagai tambahan, religiusitas dan spiritualitas memprediksi kebersyukuran dan makna hidup. Ditemukan juga hubungan timbal balik antara religiusitas dan spiritualitas. Hasil studi kuantitatif menunjukkan bahwa orang perlu menjadi religius sekaligus spiritual untuk bahagia.