Pernahkah kita merasa ragu akan kemampuan diri sendiri, terutama saat menghadapi lingkungan baru yang penuh dengan orang-orang hebat? Rasa pesimis seperti itu mungkin wajar, tapi tidak bagi Belinda Sayuti Budiman, wisudawan sarjana Kelas Internasional Fakultas Psikologi UI angkatan 2021. Dengan penuh kerendahan hati, ia justru berhasil membuktikan bahwa keraguan bisa menjadi motivasi, hingga mengantarkannya meraih predikat wisudawan terbaik (Valedictorian) di University of Queensland (UQ), Australia.
Belinda Sayuti Budiman yang akrab disapa Belinda merupakan wisudawan Psikologi UI yang menjalani program double degree dengan UQ, salah satu universitas prestisius terbaik di Australia. Ia berhasil menjadi Valedictorian, yakni wisudawan terbaik yang mewakili dan memberikan pidato kelulusan di hadapan seluruh wisudawan.
Meraih Valedictorian di Tengah Rasa Pesimis dan Kesibukan
Menjadi Valedictorian bukanlah sesuatu yang Belinda duga sebelumnya. Ia mengaku sempat merasakan culture shock saat pertama kali pindah ke Australia. Lingkungan baru, sistem perkuliahan yang berbeda, serta kehadiran mahasiswa-mahasiswa yang luar biasa membuat Belinda menurunkan ekspektasinya.
“Saya cukup pesimis karena culture-shock dengan perubahan dan perbedaan yang ada. Saya tahu banyak orang hebat di UQ, jadi saya menurunkan ekspektasi,” ungkap Belinda.
Namun, pengalamannya ini justru menjadi pengingat berharga baginya. Prestasi ini bukan hanya sebatas nilai akademik, melainkan sebuah pencapaian personal yang mendalam. Seperti yang ia sampaikan dalam pidato kelulusannya, “You’re beyond what you imagine,” yang bermakna “Anda lebih hebat dari apa yang Anda bayangkan.” Prestasi ini seakan membuka mata Belinda bahwa ia dan siapa pun bisa melebihi batasan yang mereka ciptakan sendiri. Kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat selama proses wisuda semakin menguatkan keyakinan ini.
Selama berkuliah, Belinda tidak hanya fokus pada akademik. Ia aktif terlibat dalam berbagai kegiatan mahasiswa, baik di UI maupun di UQ. Di UI, ia menjadi staf desain dan media di Klinik Akademik Mahasiswa (KLIMAKS) Psikologi UI dan Pejuang Biru Muda (PBM) Psikologi UI. Sementara itu, di UQ, ia menjadi summer researcher, sebuah program riset intensif yang dilakukan selama liburan musim panas, dan “Get Set” mentor yang membimbing mahasiswa baru. Prestasi akademiknya pun tak kalah cemerlang. Selama empat semester di UQ, ia berhasil meraih tiga kali “Dean’s Commendation for Academic Excellence.” Ini adalah penghargaan yang diberikan oleh dekan kepada mahasiswa yang mencapai performa akademik luar biasa. Selain itu, ia juga mendapatkan penghargaan “Best Staff” di KLIMAKS.
Kunci Sukses: Usaha Maksimal dan Prinsip “S.M.A.R.T”
Belinda tidak hanya fokus pada nilai, tetapi juga pada proses. Ia memegang teguh prinsip untuk selalu berusaha semaksimal mungkin. Menurutnya, kegagalan tidak akan terasa terlalu menyakitkan jika sudah mengerahkan seluruh kemampuan. Sebaliknya, penyesalan terbesar justru datang dari ketidakmauan untuk mencoba. Ia juga punya motivasi unik, “Aku punya post-it di meja belajar aku tulisannya ‘studying sucks less than failing‘.” Kalimat ini sepertinya terdengar asing, namun ternyata efektif untuk memacunya agar terus membuat kemajuan setiap hari.
Dalam mengelola waktu, Belinda membagikan tips yang sangat praktis, seperti time blocking dan menerapkan metode S.M.A.R.T. Goals (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound) untuk setiap tujuannya.
- Time blocking: Fokus mengerjakan satu tugas dalam periode waktu tertentu tanpa diganggu apapun. Jika waktu habis, pindah ke tugas berikutnya meskipun tugas sebelumnya belum selesai.
- S.M.A.R.T. Goals: Menentukan tujuan yang spesifik dan terukur. Misalnya, alih-alih hanya berencana “belajar untuk ujian,” ia akan membuat rencana yang lebih detail seperti, “mempelajari 3 bab mata kuliah A selama 2 jam sore ini.”
Belinda juga menekankan pentingnya membuat rencana dari jauh-jauh hari. Di UQ, mahasiswa mendapatkan electronic course profile (ECP) yang berisi semua jadwal tugas dan ujian. Belinda menggunakan ECP ini sebagai panduan untuk merancang jadwal belajarnya agar tidak stres dan cemas menjelang deadline.
Menuju Masa Depan Sebagai Peneliti dan Profesor
Setelah lulus, Belinda memiliki rencana untuk melanjutkan program honours di UQ. Program honours adalah program riset selama satu tahun yang sering menjadi prasyarat untuk melanjutkan ke jenjang pascasarjana di Australia.
“Aku ingin menjadi researcher dan profesor, terutama di bidang Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) atau sosial, karena aku suka belajar sih pada dasarnya dan senang kalau melihat orang yang juga punya motivasi tinggi untuk belajar,” ujar Belinda mengenai cita-cita jangka panjangnya. Cita-citanya ini menunjukkan semangat belajar yang tidak pernah padam. Ia ingin terus mendalami ilmu psikologi dan berkontribusi di bidang penelitian, terutama yang berkaitan dengan PIO atau psikologi sosial.
Pesan untuk Mahasiswa yang Berjuang di Negeri Orang
Belinda menyadari bahwa menempuh pendidikan di luar negeri bisa terasa berat, apalagi jauh dari keluarga dan teman. “It’s normal to feel lost and sad, apalagi saat living abroad alone jadi don’t be ashamed dan merasa kamu gagal,” pesannya. Pesan ini sangat menyentuh dan relevan bagi para mahasiswa yang sedang berjuang merantau. Rasa sedih atau hilang arah bukanlah tanda kegagalan, melainkan bagian dari proses yang harus dilalui.
Pencapaian Belinda menunjukkan bahwa kunci sukses bukan hanya tentang kecerdasan, melainkan juga ketangguhan mental, disiplin, dan kemampuan untuk bangkit dari rasa pesimis. Pencapaiannya menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kita punya potensi untuk melampaui segala ekspektasi, bahkan ekspektasi kita sendiri.

