Menyayangi diri sendiri sering kali dikaitkan dengan hal-hal yang menyenangkan dan menenangkan namun bersifat sementara, misalnya pergi liburan, menghabiskan uang dengan berbelanja, atau istirahat dengan tidur lebih lama dari biasanya. Padahal jika kita bicara tentang menyayangi diri sendiri, filosofinya lebih dari hanya sekadar memanjakan diri dengan sesaat. Menyayangi diri sendiri sebenarnya lebih dalam dari sekadar pemanjaan sesaat. Salah satu bentuk nyata menyayangi diri adalah dengan menjaga kesehatan tubuh dan mental melalui kegiatan olahraga.
Mengapa demikian? Olahraga adalah aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran, dilakukan secara rutin dalam jangka waktu tertentu (Caspersen et al., 1985; Bouchard et al., 2007). WHO menyarankan sebaiknya seseorang memulai olahraga dengan jumlah aktivitas fisik yang dapat secara bertahap dengan cara meningkatkan frekuensi, intensitas, dan durasi waktu yang baik untuk melakukan latihan fisik adalah 150-300 menit per minggu (Bull et al., 2020).
Dengan berolahraga secara rutin, kita tidak hanya menjaga kebugaran fisik, tetapi juga merawat kesehatan mental. Aktivitas fisik mendorong tubuh untuk melepaskan hormon endorfin yang berperan sebagai pereda stres alami dan mampu meningkatkan suasana hati. Inilah mengapa banyak orang merasa lebih bahagia dan lebih segar setelah berolahraga, meskipun sebelumnya merasa malas atau lelah.
Lebih dari itu, olahraga juga mengajarkan kita untuk lebih mengenal dan menghargai tubuh sendiri. Kita belajar memahami batas kemampuan, menerima kekurangan, dan merayakan kemajuan, sekecil apa pun itu. Olahraga mengajarkan konsistensi, disiplin, dan ketekunan—nilai-nilai penting yang juga membantu kita tumbuh secara pribadi.
Saat kita meluangkan waktu untuk bergerak, itu adalah sinyal kepada diri sendiri bahwa kita layak untuk dijaga dan dirawat. Dalam kesibukan harian yang sering menyita energi, menyediakan waktu untuk olahraga bisa menjadi bentuk afirmasi diri: bahwa tubuh kita penting, dan kesehatan kita bukan sesuatu yang bisa ditunda, yang hal ini adalah merupakan sebuah aksi bahwa kita menyayangi diri sendiri.
Menyayangi diri sendiri melalui olahraga juga berdampak pada cara kita melihat kehidupan. Tubuh yang sehat membuat pikiran lebih jernih, emosi lebih stabil, dan menjadikan semangat hidup lebih tinggi. Ini bukan tentang memiliki tubuh sempurna, melainkan tentang merasa cukup dan bersyukur atas tubuh yang kita miliki, serta merawatnya sebaik mungkin.
Tidak perlu olahraga berat atau mahal. Jalan kaki, stretching ringan, yoga, atau menari di kamar pun sudah merupakan bentuk cinta diri. Yang penting adalah konsistensi dan niat baik untuk menjaga diri, dan dilakukan secara rutin. Sebuah survei yang dilakukan di sekolah pada 11.110 remaja dari sepuluh negara Eropa yang berpartisipasi dalam studi SEYLE (Saving and Empowering Young Lives in Europe). Para remaja diminta mengisi kuesioner yang mencakup pertanyaan tentang aktivitas fisik, partisipasi dalam olahraga, serta alat ukur yang menilai kesejahteraan, gejala depresi, dan kecemasan. Hasil menunjukkan bahwa jumlah aktivitas fisik berkorelasi positif dengan kesejahteraan. Artinya, remaja yang melakukan aktivitas fisik rutin akan menunjukkan kondisi kesehatan mental yang lebih baik daripada yang sedikit melakukan aktivitas fisik, serta menampilkan kondisi kecemasan dan gejala depresi yang lebih rendah (McMahon dkk., 2017).
Jadi, olahraga bukan hanya aktivitas fisik, namun juga menjadi cara nyata untuk menumbuhkan kebiasaan baik menyayangi diri sendiri yang membuahkan sebuah hasil yang positif untuk kesehatan mental.
Maka dengan melakukan olahraga rutin agar badan bugar dan mental sehat menunjukkan bahwa Anda bertanggung jawab dengan cara-cara untuk menyayangi diri sendiri.
Penulis: Dian Wisnuwardhani, S.Psi., M.Psi., Psikolog