Doktor FPsi UI Teliti Peran Welas Diri Dan Kebutuhan Dasar dalam Hubungan Antara Dukungan Orang Tua dan Kebahagiaan pada Mahasiswa

Depok– Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menggelar sidang terbuka Promosi Doktor atas nama Sugiarti, Senin (30/06/2025) di ruang Auditorium gedung H lantai 4 Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia.

Sidang Promosi Doktor ini diketuai oleh Prof. Dr. Mirra Noor Milla, S.Sos., M.Si. dengan Promotor Prof. Dr. Guritnaningsih, Psikolog, Kopromotor 1 Prof. Dr. Bagus Takwin, M.Hum, Psikolog, Kopromotor 2 Prof. Dr. Elizabeth Kristi Poerwandari, M. Hum, Psikolog. Tim penguji terdiri dari Agnes Nauli Shirley W. Sianipar. S.Psi., M.Sc., Ph.D.; Prof. Dr. Faturochman, M.A., Psikolog; Prof. Clara R.P. Ajisuksmo, MA., Ph.D., Psikolog; Dra. Siti Dharmayati B. Utoyo, MA, Ph.D, Psikolog; Dra. Winarini Wilman, M.Ed.St., Ph.D., Psikolog.

Disertasi yang diangkat Promovendus, yakni  “Peran Welas Diri Dan Kebutuhan Dasar dalam Hubungan Antara Dukungan Orang Tua dan Kebahagiaan pada Mahasiswa”. Dalam presentasinya Ibu Sugiarti menjelaskan bahwaMahasiswa sering dianggap sudah dewasa, padahal pada usia ini mereka masih berada dalam fase transisi yang penuh tekanan dan tantangan. Dukungan orang tua tetap penting, tetapi membangun kekuatan dari dalam diri mahasiswa juga tak kalah krusial. Dukungan orang tua memang penting, tetapi ternyata belum cukup untuk membuat mahasiswa usia dewasa muda merasa bahagia. Penelitian ini mengungkap bahwa selain dukungan orang tua, ada dua faktor kunci lain yang sangat menentukan kebahagiaan mahasiswa, yaitu welas diri (self-compassion) dan pemenuhan kebutuhan psikologis dasar seperti rasa otonomi (autonomy), kompetensi (competency), dan keterhubungan (relatedness).

Banyak orang tua sudah berusaha memberikan dukungan terbaik, tetapi jika mahasiswa tidak memiliki sikap welas asih terhadap dirinya sendiri, mereka tetap rentan mengalami stres dan ketidakbahagiaan. Welas diri adalah sikap menerima diri sendiri apa adanya, mampu bersikap baik pada diri saat menghadapi kegagalan, dan sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Mahasiswa yang memiliki sikap ini terbukti lebih kuat dalam menghadapi tekanan akademik maupun sosial.

Penelitian ini menguji hubungan antara dukungan orang tua, welas diri, kebutuhan psikologis dasar, dan kebahagiaan mahasiswa di Indonesia melalui mediasi serial. Pengumpulan data dilakukan melalui survei daring dengan total partisipan lebih dari 994 mahasiswa. Analisis menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) untuk memahami pola hubungan antar variabel secara komprehensif. Hasilnya menunjukkan bahwa dukungan orang tua yang dipersepsikan berdampak positif terhadap kebahagiaan, tetapi efek ini menjadi jauh lebih kuat ketika mahasiswa memiliki welas diri, yang kemudian membantu mereka memenuhi kebutuhan psikologis dasar.

Menariknya, penelitian ini juga menjawab perdebatan akademik yang selama ini belum tuntas, yaitu apakah welas diri tumbuh setelah kebutuhan psikologis terpenuhi, atau sebaliknya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa justru welas diri yang menjadi kekuatan awal. Ketika seseorang memiliki sikap welas diri, ia lebih mudah memenuhi kebutuhan psikologisnya, yang pada akhirnya membuatnya lebih bahagia.

Penelitian ini memberikan masukan berharga bagi institusi pendidikan dan keluarga. Kampus disarankan menyediakan program pengembangan diri, pelatihan mindfulness, atau intervensi berbasis welas diri untuk mahasiswa. Sementara itu, orang tua juga perlu diberikan edukasi agar dukungan yang mereka berikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan usia dewasa muda dengan memperhatikan pemberdayaan kapasitas welas diri. (Md)