Depok, 25 Juli 2023. Negara Islam Indonesia (NII) adalah salah satu gerakan makar berbasis agama yang didirikan oleh S.M. Kartosoewiryo empat tahun setelah Indonesia merdeka. Meskipun pada tahun 1960-an NII telah ditumpas pemerintah, gerakan ini tidak serta merta berakhir. Masih ada pecahan-pecahan NII yang melakukan aksinya secara sembunyi-sembunyi. Pada Maret 2022, 16 orang ditangkap atas dugaan terorisme yang terafiliasi dengan NII di Sumatera Barat (Nugroho, 2022). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan individu yang kuat untuk mempertahankan ideologi agama yang bersifat radikal.
Nur’aini Azizah, Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, mengkaji topik tersebut dalam disertasinya. Menurut Azizah, panggilan akrabnya, “Penting untuk memahami lebih jauh tentang mengapa seseorang mau terlibat dalam gerakan makar berbasis agama dan tetap bertahan dalam ideologi agama radikal yang diyakininya,” Dalam penelitiannya yang berjudul “Model Ideologis Terintegrasi dari Perilaku Makar Berbasis Agama: Peran Pencarian Kebermaknaan, Ancaman, dan Gairah”, Azizah mengidentifikasi mekanisme dorongan psikologis yang melatarbelakangi bergabungnya seseorang dalam gerakan makar yang terdiri dari keinginan untuk meraih kebermaknaan melalui gerakan agama, narasi ideologis yakni politisasi agama yang ekstrem, dan lingkungan sosial yang radikal. Selain itu, hasil penelitian mengungkapkan bahwa ketika seseorang merasa agamanya terancam, dorongan untuk melakukan gerakan makar tersebut semakin menguat.
Penelitian ini juga berhasil mengidentifikasi alasan mengapa seseorang memilih strategi makar yang berbeda antara kekerasan versus nirkekerasan. Perilaku makar yang bersifat kekerasan didominasi oleh pengaruh lingkungan sekitarnya yang bersifat radikal dan mengarah pada kekerasan juga. Sedangkan perilaku makar yang lebih bersifat nirkekerasan didominasi oleh peran ideologi fundamentalisme agama. Selain itu, terdapat peran gairah ideologis yang membuat seseorang ingin tetap bertahan dalam ideologi agama ekstrem yang diyakininya. Gairah ideologis ini terdiri dari dari gairah harmonis dan obsesif. Kedua jenis gairah ini juga dapat mempengaruhi bagaimana seseorang memilih strategi makar yang digunakan. “Jika gairah obsesif dapat mengarahkan seseorang pada strategi makar yang bersifat kekerasan, sebaliknya gairah harmonis dapat mendorong seseorang untuk bertindak secara lebih damai,” ujar Azizah yang juga merupakan dosen di Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Penelitian yang dilakukan Azizah dapat digunakan sebagai salah satu landasan oleh pihak-pihak terkait yang terlibat dalam penanganan gerakan makar. Pertama, dalam upaya pencegahan yang dilakukan oleh organisasi pemerhati perdamaian dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menciptakan lingkungan sosial yang moderat dan toleran. Kedua, dalam upaya penanganan gerakan makar oleh pemerintah dan lembaga terkait dapat mempertimbangkan untuk melakukan harmonisasi gairah ideologis sebagai bagian dari intervensinya.
Sidang promosi doktor tersebut dilaksanakan di ruang Auditorium gedung H lantai 4 Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia (25/07). Sidang ini diketuai Dr. Bagus Takwin, M.Hum., Psikolog dengan Promotor Prof. Dr. Hamdi Muluk, M,Si, Psikolog dan Kopromotor Dr. Mirra Noor Milla, M.Si. Tim penguji terdiri dari Prof. Dr. Faturochman, MA.,; Ali Mashuri, M.Sc.