JAKARTA – Apakah akhir-akhir ini Kamu merasa kesulitan untuk berkonsentrasi mendengarkan penjelasan dosen atau arahan atasan di kantor? Apakah Kamu merasa tidak memiliki energi untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan? Apakah Kamu kesulitan untuk memulai mengerjakan tugas dan pekerjaan yang menumpuk?
Kalau iya, jangan-jangan Kamu sedang mengalami burnout syndrome. Tapi, apa sih burnout syndrome itu? Yuk, simak penjelasan berikut!
Burnout syndrome merupakan gejala munculnya kelelahan fisik dan mental karena tingkat stres yang tinggi akibat beban kerja yang berlebihan (Ință, 2021). Hal ini dapat terjadi baik kepada pekerja maupun kepada mahasiswa yang sedang menghadapi tingginya tumpukan tugas dan pekerjaan.
Ketika mengalami burnout syndrome, seseorang mungkin akan merasa tidak terhubung dengan pekerjaannya sehingga segala usaha dan aktivitas yang dilakukan terasa tidak berarti (Raftopoulos, Charalambous, & Talias, 2012). Bahkan, ketika sedang mengalami burnout syndrome, seseorang dapat merasa tidak bahagia akan dirinya dan merasa tidak puas dengan pencapaian-pencapaiannya (Schorn & Buchwald, 2006).
Setelah mengetahui apa itu burnout syndrome, kita juga perlu mengetahui apa saja gejala-gejala yang biasanya dialami oleh seseorang ketika sedang mengalami burnout syndrome. Gejala dari burnout syndrome dapat memiliki dua bentuk, yaitu gejala fisik dan gejala perilaku (Freudenberger, 1974 dalam Franco, 2015).
Secara fisik, seseorang akan merasa sangat kelelahan dalam melakukan pekerjaannya. Selain itu, perasaan mengantuk yang berlebihan dan tidak sesuai waktu tidur juga dapat menjadi salah satu tanda seseorang mengalami burnout syndrome (Amaral, Galdino, & Martins, 2021).
Selanjutnya, ketidaknyamanan pada tubuh juga sering menjadi gejala fisik yang muncul akibat burnout syndrome (Darling Downs Health, 2022). Seseorang mungkin mengalami sakit kepala ketika sedang menghadapi tugas-tugas yang menuntut atau saat sedang merasa tertekan. Rasa sakit perut juga bisa dirasakan, seringkali disertai dengan gangguan pencernaan lainnya. Selain itu, dapat juga timbul rasa pusing dan ketegangan pada otot-otot tubuh.
Kalau Kamu akhir-akhir ini merasa lebih sensitif dan mudah marah dengan pekerjaan atau studimu mungkin saja kamu sedang mengalami burnout syndrome, karena salah satu gejala perilakunya adalah dengan mengungkapkan sikap negatif dan merasa sulit untuk menahan perasaan. Hal ini pun dapat menyebabkan ledakan-ledakan emosi yang bersifat negatif dan tidak terduga.
Selain itu, mungkin Kamu juga merasa semakin kurang termotivasi dan merasa kehilangan minat pada hal-hal yang sebelumnya Kamu sukai. Bahkan, penelitian menemukan bahwa terdapat kaitan antara burnout dengan pemikiran untuk drop-out dari kampus atau resign dari pekerjaan (Dyrbye, 2010; Scanlan, 2013). Selain itu, perubahan pola tidur dan masalah konsentrasi juga bisa menjadi tanda-tanda bahwa Kamu tengah mengalami burnout syndrome.
Lalu, dengan banyaknya pekerjaan dan tugas yang harus diselesaikan, bagaimana, sih, cara mencegah terjadinya burnout syndrome pada pekerja atau mahasiswa? Pertama, kita harus meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai diri kita sendiri. Kita perlu belajar dan berlatih untuk menyadari ketika tingkat stres kita sudah mulai naik dan mengetahui hal apa yang menyebabkan stres pada diri kita.
Dengan mengetahui hal apa yang memicu stres pada diri kita, kita bisa lebih mengetahui hal apa yang mengganggu kita dalam bekerja atau mengerjakan tugas. Jangan lupa juga untuk mengingat-ingat kembali apa alasan kamu melakukan pekerjaan ini atau melaksanakan studi ini, dan tetapkanlah batasan dirimu agar kamu tidak merasa kelelahan dalam bekerja.
Selanjutnya, carilah mentor yang sudah berpengalaman dalam bidang atau pekerjaan yang sedang kita tekuni dan dapat diandalkan untuk berbagi pengalaman dengan kita. Bagi mahasiswa, mentor dapat berasal dari kakak tingkat di jurusan.
Sementara bagi pekerja, senior dalam tim di kantor dapat menjadi seorang mentor. Dengan adanya mentor yang lebih berpengalaman, kita dapat memperoleh wawasan dan pandangan yang berharga selama bekerja, serta mendapatkan nasihat yang dapat membantu dalam mengatasi tantangan-tantangan yang mungkin timbul selama proses belajar atau berkarier.
Penelitian menemukan bahwa kepemilikan akan seorang mentor ketika menjalani pekerjaan memiliki manfaat dalam menghilangkan perasaan burnout (Attenello, et al., 2018).
Selanjutnya, selain kepemilikan mentor, penting juga untuk memiliki support system yang dapat diandalkan untuk berbagi cerita, berkeluh kesah, serta memberikan dukungan bagi kita. Support system ini dapat berasal dari anggota keluarga, teman-teman terdekat, atau rekan kerja yang saling mendukung satu sama lain.
Ketika kita sedang merasa stres, berbicara dengan seseorang yang kita percayai dapat membantu meredakan beban emosional yang dirasakan. Keberadaan support system juga dapat membantu memberikan kita saran dan perspektif yang unik sehingga menjadi salah satu cara bagi kita menemukan jalan keluar dari situasi yang membuat kita stres.
Berbagai penelitian pun telah membuktikan bahwa keberadaan support system merupakan salah satu hal yang dapat mencegah burnout (Zhang, 2020; Zhang, 2021).
Terakhir, untuk mencegah burnout syndrome, penting untuk menerapkan work-life balance, yaitu mendistribusikan waktu antara pekerjaan dan hal lainnya, seperti keluarga, kegiatan pribadi, dan keterlibatan dalam masyarakat (Smith, Smith, & Brower, 2016). Janganlah membiarkan pekerjaan atau pembelajaran menghilangkan kehidupan pribadimu.
Perlu untuk menyisakan waktu dari bekerja atau belajar untuk melakukan hal-hal yang disukai dan dapat memulihkan keseimbangan pada hidup kita. Lakukanlah hobi yang kamu sukai, seperti menulis, bermain musik, atau mengeksplorasi kreativitas lainnya. Aktivitas ini dapat membantu mengalihkan pikiran dari tekanan pekerjaan atau tugas kuliah.
Mulailah bermeditasi atau berlatih teknik relaksasi lainnya. Hal ini dapat membantu kita menurunkan stres, mengurangi kelelahan, dan tentunya mencegah terjadinya burnout (Green & Kinchen, 2021; Valosek, et al., 2021). Lalu, janganlah lupa untuk berolahraga secara teratur. Aktivitas fisik dapat membantu mengurangi tingkat stres, meningkatkan mood secara keseluruhan, serta mencegah burnout syndrome (Bretland & Thorsteinsson, 2015).
Setelah membaca penjelasan di atas, kita telah mempelajari bahwa burnout syndrome dapat terjadi kepada pekerja dan juga pelajar, dan dikarakterisasi dengan kelelahan fisik dan mental karena stres berkepanjangan akan begitu banyaknya pekerjaan.
Dengan mengetahui apa itu burnout syndrome dan memahami gejala-gejalanya, harapannya kita dapat menyadari pentingnya melakukan pencegahan-pencegahan untuk mempertahankan well-being kita ketika belajar atau bekerja serta menghindari terjadinya burnout syndrome.
Dengan memahami batasan-batasan diri sendiri, menerapkan work-life balance, mencari bimbingan dari mentor, dan memiliki support system yang dapat diandalkan, harapannya kita dapat menciptakan gaya hidup yang lebih sehat di tengah produktivitas kita sembari melindungi diri dari kelelahan. Ingatlah bahwa belajar dan bekerja itu penting, tapi kesejahteraan dan kesehatan diri kita juga perlu diutamakan.
Ditulis oleh:
Andi Talitha Rachmani Umar & Dr. Dyah Triarini Indirasari, S.Psi., M.A, Psikolog
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Sumber: https://edukasi.okezone.com/read/2023/07/27/65/2852948/apa-itu-burnout-syndrome-stres-yang-bikin-tidak-konsentrasi-saat-kuliah