Doktor F.Psi UI Teliti Kualitas Perkawinan Pasangan Tanpa Anak

Depok– Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menggelar sidang terbuka Promosi Doktor atas nama Miwa Patnani, secara online via zoom, Senin (18/01/2021).
Sidang Promosi Doktor ini diketuai oleh Dr .Tjut Rifameutia Umar Ali, M.A., Psikolog, dengan Promotor Dr. Bagus Takwin, M.Hum, Kopromotor Winarini Wilman D. Mansoer, M.Ed.St., Ph.D. Ketua Penguji dan Tim Penguji Dr. Elizabeth Kristi Poerwandari M.Hum., Psikolog (Ketua), Prof. Dr. Sofia Retnowati, M.S., Dra. Clara R.P. Ajisuksmo, MA., Ph.D., Psikolog., Dra. Dharmayati B. Utoyo, MA., Ph.D, Psikolog., Dr. Adriana Soekandar, M.S., Psikolog., Dr. Yudiana Ratna Sari M.Si., Psikolog.

Disertasi yang diangkat oleh Promovendus “Kualitas Perkawinan Pasangan Tanpa Anak: Studi Fenomenologi”.
Kehadiran anak dianggap sebagai salah satu faktor yang menentukan kualitas perkawinan, sehingga pasangan menikah yang tidak memiliki anak seringkali dianggap tidak bahagia dengan perkawinannya. Anggapan seperti ini terutama berkembang di negara pro natalis, yaitu negara yang mendukung dan mendorong terjadinya kelahiran anak, seperti halnya Indonesia. Namun demikian hasil riset empiris ternyata menunjukkan bahwa ketidakhadiran anak berdampak negatif maupun positif pada perkawinan. Hal ini menunjukkan bahwa ada pemaknaan yang berbeda terhadap ketidakhadiran anak dalam perkawinan yang pada akhirnya menentukan bagaimana pasangan menilai kualitas perkawinannya. Dengan kondisi masyarakat di Indonesia yang dikategorikan sebagai pro natalis di satu sisi, dan pengaruh nilai-nilai global di sisi lainnya tentu membuat pasangan tanpa anak memiliki dinamika pengalaman yang unik yang pada akhirnya menentukan bagaimana pasangan tersebut menilai kualitas perkawinannya.

Pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas perkawinan pada pasangan tanpa Anak di Indonesia. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut digunakan beberapa pertanyaan tambahan, yaitu: (1) Bagaimana gambaran pengalaman pasangan tanpa anak dalam menjalani perkawinannya selama ini?; (2) Bagaimana pasangan memaknai kondisi tanpa anak dalam perkawinan?; (3) Bagaimana pasangan menilai kualitas perkawinannya?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi dengan metode pengumpulan data berupa wawancara mendalam terhadap 11 partisipan pasangan tanpa anak yang telah menikah minimal selama 3 tahun. Hasil wawancara dianalisis dengan menggunakan Interpretative Phenomenology Analysis (IPA) yang menghasilkan 8 tema, yaitu pengalaman positif, pengalaman negatif, relasi dengan pasangan, relasi dengan lingkungan sosial, relasi dengan Tuhan, konflik, penerimaan dan penilaian pada perkawinan.

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa pasangan tanpa anak merasakan pengalaman positif maupun negatif terkait dengan kondisinya. Pengalaman negatif lebih banyak bersumber dari adanya tekanan sosial dari masyarakat terkait dengan adanya harapan terhadap kehadiran anak dalam perkawinan. Namun demikian, tampaknya pasangan tanpa anak mampu melihat sisi positif dari ketidakhadiran anak yaitu dengan adanya keuntungan dalam hal finansial, waktu dan kebebasan serta relasi yang dekat dengan pasangan. Penekanan pada sisi positif membantu terciptanya relasi yang dekat dan memuaskan sehingga memudahkan penerimaan pasangan terhadap kondisi ketidakhadiran anak dalam perkawinan. Dengan penerimaan tersebut, pasangan tanpa anak menilai perkawinannya memiliki kualitas yang tinggi.

Penelitian ini memiliki implikasi teoritis terhadap upaya memahami adanya perubahan cara pandang terhadap perkawinan di Indonesia, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi penelitian lebih lanjut terkait dengan perubahan perkawinan sebagai institusi sosial. Meskipun kehadiran anak tetap dianggap sebagai satu hal yang penting, namun bukan lagi menjadi tujuan utama dari perkawinan. Pasangan menikah lebih menekankan pada kualitas hubungan yang memuaskan dan memberikan kebahagiaan bagi diri sendiri dan pasangannya dibandingkan memenuhi harapan sosial. Secara praktis penelitian ini berimplikasi pada peningkatan kualitas hidup pasangan yang tidak memiliki anak dengan lebih fokus pada manfaat (reward) yang dimiliki terutama terkait dengan kondisi finansial yang memuaskan, kebebasan dan relasi yang dekat dengan pasangan, serta dukungan dari lingkungan sosial terdekatnya.

Setelah mempertahankan disertasinya, Tim Penguji memutuskan mengangkat Miwa Patnani sebagai Doktor ke 161 yang dihasilkan oleh Program Studi Ilmu Psikologi jenjang Doktor Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, dan Doktor ke 119 yang lulus setelah Program Studi Ilmu Psikologi jenjang Doktor dikembalikan ke Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dengan predikat Sangat Memuaskan.