Depok– Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menggelar sidang terbuka Promosi Doktor atas nama Istiqomah, secara online via zoom, Kamis (06/08/2020).
Sidang Promosi Doktor ini diketuai oleh Dr .Tjut Rifameutia Umar Ali, M.A., Psikolog, dengan Promotor Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.Si, Kopromotor Prof. Dr. Bahtiar Effendy (alm)., Ko-promotor 2 Dr. Bagus Takwin, MHum, Dr. Mirra Noor Milla, S.Sos., M.Si, (Ketua Penguji) dan Tim Penguji Dra. Amarina Ashar Ariyanto, M.Si., Ph.D., Psikolog; Dr. phil. Idhamsyah Eka Putra, S.Psi., M.Si.; Dr. Dewi Maulina, M.Psi. Psikolog; Dr. Rizka Halida, M.Si.
Disertasi yang diangkat oleh Promovendus “Tipologi Ideologi Politik Muslim di Indonesia. Peran totalisme Islam, motivasi epistemik, right wing authoritarianism, social dominance orientation dalam ideologi politik”. Sebagai gambaran, dimana telah terjadi peristiwa bom Bali pada Oktober 2002, membuat perhatian dunia meningkat ke Indonesia. Masyarakat Indonesia dipilah menjadi Muslim ‘baik’ dan ‘buruk’, padahal komunitas Muslim di Indonesia terlalu kompleks untuk dikategorisasi dalam ‘baik’ dan ‘buruk’, atau ‘moderat’ dan ‘radikal’. Islam modern sering menggunakan label fundamentalis, modernis dan sekuler, sedangkan di negara Barat terutama Amerika Serikat menggunakan kategorisasi liberal-konservatif untuk menggambarkan ideologi politik.
Pembuktian empiris liberalisme dan konservatisme kadang mengabaikan kompleksitas dalam makna dan struktur sehingga gagal mendeteksi beberapa aspek penting dari penentu ideologi. Sejumlah peneliti berpendapat bahwa lebih dari satu dimensi diperlukan untuk menjelaskan struktur sikap politik warga negara.
Ideologi adalah seperangkat sikap yang saling terkait antara nilai, dan kepercayaan, kognitif, afektif, dan sifat motivasional. Beberapa penelitian telah menemukan motivasi epistemik sebagai disposisi ideologi politik. Motivasi epistemik didefinisikan sebagai dorongan untuk motivasi pribadi untuk mengurangi ketidakpastian dunia sosial yang mengancam, ambigu, dan kompleks. Peningkatan perasaan ketidakpastian diketahui dengan mengukur kebutuhan akan penutupan kognitif (need for cognitive closure). Orientasi pribadi seperti otoritarianisme sayap kanan atau right wing authoritarianism (RWA) dan social dominance orientation (SDO) juga telah terbukti memprediksi ideologi politik. Individu dengan skor yang lebih tinggi dalam RWA cenderung melihat dunia sebagai tempat yang berbahaya sedangkan individu dengan skor yang lebih tinggi di SDO cenderung melihat dunia sebagai tempat yang penuh persaingan antar kelompok.
Selain faktor psikologi, faktor agama diduga dapat menjadi faktor disposisi ideologi politik karena agama dan politik mempunyai akar kebutuhan psikologi yang sama dan ditemukan agama berkorelasi dengan need cognitive closure, dan dogmatism. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki secara empiris apakah komunitas Muslim di Indonesia mengelompok lebih dari satu kelompok politik tunggal. Penulis menduga kompeksitas ideologi politik Muslim berdasarkan sikap politik dan faktor diposisinya (faktor psikologi dan faktor agama). Studi pendahuluan dilakukan dengan mewawancarai 12 partisipan dari organisasi Islam untuk menggambarkan perbedaan sikap politik dan faktor yang menjadi latar belakang perbedaan sikap politik. Beberapa Muslim digambarkan meyakini dan memahami ajaran Islam sebagai pedoman menyeluruh (total) dalam semua aspek kehidupan termasuk kehidupan politik dan bernegara. Totalisme Islam merupakan kecenderungan untuk memandang Islam sebagai cara hidup secara menyeluruh dengan panduan untuk perilaku politik, ekonomi, dan sosial. Totalitas Islam tersebut diduga menjadi prediktor terhadap ideologi politik Muslim namun belum dibuktikan secara empirik. Untuk itu perlu dilakukan adaptasi dan analisis struktur skala totalisme Islam (studi 1a) dengan partisipan sebanyak 653 muslim. Selanjutnya menguji validitas skala totalisme (studi 1b) dengan partisipan sebanyak 376 mahasiswa muslim. Untuk menjawab pertanyaan penelitian dilakukan studi 2 menggunakan survei sebanyak 1208 muslim dari beberapa provinsi. Dengan menggunakan latent class analysis, didapat enam (6) kelompok ideologi politik dengan perbedaan karakteristik pada motivasi epsitemik, right wing authoritarianism, social dominance orientaiton dan totalisme Islam.
Penelitian ini membuktikan bahwa spektrum ideologi tunggal tidak memadai untuk menjelaskan kompleksitas ideologi politik Muslim di Indonesia.
Setelah mempertahankan disertasinya, Tim Penguji memutuskan mengangkat Istiqomah Doktor ke 157 yang dihasilkan oleh Program Studi Ilmu Psikologi jenjang Doktor Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, merupakan Doktor Kedua yang lulus di tahun akademik Genap 2019/2020, dan Doktor ke 115 yang lulus setelah Program Studi Ilmu Psikologi jenjang Doktor dikembalikan ke Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dengan predikat Sangat Memuaskan. (Md)