Peduli Hak Janinmu
Meningkatkan Kelekatan Psikologis mulai dari Kandungan
Oleh: DR. Linda Primana, M.Si., Psikolog dan Airin Yustikarini Saleh, M.Psi., Psikolog
Tim Pengabdi Masyarakat Fakultas Psikologi UI (F.Psi UI) yang diketuai oleh Dr. Linda Primana, M.Si, Psikolog menggelar kegiatan pengabdian masyarakat dalam upaya “Meningkatkan Kelekatan Emosional Ibu dan Janin” yang dipusatkan di desa Babakan Cikao, Kabupaten Purwakarta pada bulan Juli – November 2019. Program ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnya ikatan psikologis antara ibu dengan janinnya, dan secara tidak langsung dapat menurunkan angka kematian pada ibu melahirkan. Melalui program ini, para pengabdi masyarakat yang terdiri dari staf pengajar dan mahasiswa dari F.Psi UI melakukan kegiatan psikoedukasi kepada para ibu hamil mengenai pentingnya membangun ikatan psikologis, untuk meningkatkan kelekatan emosional antara ibu dengan janinnya.
Program kelekatan ibu dengan janinnya disusun atas dasar data nasional mengenai tingginya angka kematian pada ibu melahirkan. Indonesia merupakan salah satu negara ASEAN dengan Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi, yakni sebanyak 305 jiwa dari 100.000 kelahiran. Data ini menunjukkan bahwa dalam setiap 6 jam, ada satu ibu yang meninggal pada saat melahirkan. Sepanjang tahun 2018, di Kabupaten Purwakarta khususnya, terdapat 32 orang ibu meninggal pada saat melahirkan. Berkaitan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs), mengurangi AKI merupakan target yang harus dicapai oleh pemerintah. Akan tetapi tingginya angka kematian ini semakin mengkhawatirkan, dan target SDGs dalam penurunan angka kematian ibu saat melahirkan semakin sulit dicapai.
Tingginya angka kematian ibu melahirkan dapat terjadi karena banyak hal. Penyebab pertama berkaitan dengan kondisi kesehatan ibu dan janin itu sendiri. Kondisi kesehatan ibu yang kurang baik dapat menimbulkan kematian saat melahirkan, seperti adanya tekanan darah yang tinggi selama kehamilan atau pada saat proses persalinan, mengidap penyakit tertentu (yang disebabkan karena bakteri, virus, atau gen), pendarahan, placenta previa, dan hal lainnya. Begitupula dengan kondisi kesehatan janin juga dapat menimbulkan kematian bagi ibu. Penyebab kedua adalah kondisi pada saat melahirkan. Pendarahan, eclampsia, infeksi, persalinan macet, dan komplikasi keguguran dapat menjadi penyebab bagi AKI, terutama jika terjadi di daerah-daerah yang minim fasilitas medisnya. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan kualitas pelayanan kesehatan di suatu daerah, yakni mengenai kebersihan persalinan dan pasca persalinan. Sementara itu, di sisi budaya, kita bisa melihat adanya ketimpangan dalam peran gender. Sebagaimana yang banyak ditemukan, terutama di daerah tertinggal, keputusan untuk memilih jenis persalinan seringkali ditentukan oleh suami dan keluarga pihak laki-laki, yang belum tentu sesuai dengan saran bidan atau dokter kandungan. Perempuan tidak memiliki hak untuk memilih jenis persalinan yang sesuai dengan kondisi kehamilannya.
Dari berbagai penyebab yang telah dijelaskan sebelumnya, perlu pendekatan baru untuk melengkapi pendekatan medis yang telah dilakukan selama ini. Pendekatan psikologis menekankan pada bagaimana orang tua mengembangkan kelekatan psikologis dengan janin, yang dikenal dengan istilah Maternal Fetal Attachment. Adanya interaksi antara orangtua dan janin yang mencerminkan kualitas perasaan dan perilaku emosional positif, yang dapat berdampak pada penguatan kesehatan fisik dan mental ibu dan janin. Sayangnya, pengetahuan ibu hamil mengenai perlunya membangun dan meningkatkan ikatan psikologis antara ibu dan janinnya masih kurang. Banyak ibu yang belum memahami bahwa terdapat ikatan antara ibu dengan janin, yang saling mempengaruhi. Ibu yang banyak memiliki perasaan positif selama kehamilannya akan lebih terjaga kesehatannya. Selain itu, perasaan positif membuat janin merasa tenang berada di dalam kandungan, menyerap makanan secara sempurna, bertumbuh dan berkembang secara optimal. Sementara ibu yang merasa tertekan dan diliputi emosi negatif selama kehamilannya, akan lebih sering mengalami kondisi kesehatan yang kurang baik. Dampak dari emosi negatif ibu juga turut dirasakan oleh janin, yakni membuat janin merasa gelisah dan cemas, sehingga akan memengaruhi penyerapan makanan, yang tentunya akan berdampak pada tumbuh kembang janin.
Program Kelekatan Emosional Ibu dan Janin merupakan bentuk dukungan UI, terutama Fakultas Psikologi, dalam meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis ibu dan janin, dan mendukung tumbuh kembang janin sedari dini yang dapat berdampak kepada tumbuh kembang anak setelah lahir. Dr. Linda Primana, M.Si, Psikolog, dengan timnya yang terdiri dari staf pengajar dan mahasiswa Fakultas Psikologi, menyadari akan pentingnya mengembangkan kelekatan psikologi antara ibu dengan janinnya, untuk menguatkan kondisi kesehatan fisik dan mental dari ibu hamil dan janinnya. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk mengurangi AKI di Indonesia.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini diawali dengan kegiatan diskusi kelompok yang terdiri dari ibu-ibu hamil dan bidan. Hasil diskusi kelompok memberikan gambaran bahwa kelekatan psikologis ibu dan janinnya dipengaruhi oleh hubungannya dengan keluarga. Peran keluarga, terutama suami sangat penting terhadap kesehatan fisik maupun psikologis ibu hamil. Hubungan yang baik dan perhatian dari suami memengaruhi keadaan emosi ibu terhadap bayi yang dikandungnya. Ibu menjadi lebih memerhatikan kehamilannya dan janin yang dikandungnya, sebaliknya, bila hubungan suami isteri kurang baik memengaruhi ketidakpedulian ibu terhadap janin yang dikandungnya. Adanya perubahan hormonal yang meningkat drastis pada ibu hamil, membuat keadaan psikologis ibu hamil menjadi sensitif, murung, adanya perasaan kurang diperhatikan, menjadi malas makan. Bila ibu hamil tidak mendapat perhatian dari keluarga, terutama suami, stress semakin meningkat, dan hal ini akan memengaruhi janin dan dapat berdampak kepada detak jantung bayi yang tidak teratur. Keadaan yang sebaliknya, bila ibu mendapat perhatian dan merasa senang, berusaha untuk dapat mengatasi perubahan-perubahan selama kehamilan, membuat janin yang dikandungnya juga tenang, detak jantung teratur dan tidak terlalu banyak bergerak. Ibu-ibu hamil dalam kelompok diskusi, pada umumnya tidak sadar bahwa keadaan emosinya berdampak terhadap perkembangan kesehatan janinnya.
Selain itu dari lingkungan yang lebih luas, seperti orang tua, mertua, ibu yang sedang hamil sering kali mendapat komentar-komentar negatif terhadap upaya-upayanya dalam merawat kehamilannya. Masyarakat di Purwakarta, terutama di desa Babakan Cikao, sampai saat ini masih memercayakan pemeriksaan kesehatan kehamilannya ke bidan desa. Bila seorang ibu hamil memeriksakan kehamilan ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan USG, atau melahirkan di rumah sakit, kerap kali mendapat komentar negatif seperti “lebay”, “kerajinan”, “ngapain periksa melulu” untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter atau rumah sakit. Ada pula komentar yang terlalu banyak mengatur dari orang tua atau mertua. Semua ini membuat ibu hamil, terutama yang baru pertama kali hamil, tidak senang dan kesal, sehingga menjadi malas memeriksakan kesehatan kehamilannya ke bidan atau dokter.
Informasi yang diperoleh dari bidan tentang kelekatan ibu dan janinnya, memberikan gambaran bahwa ibu-ibu hamil di desa Babakan Cikao sebagian besar kurang memerhatikan hubungan psikologis atau kelekatan emosi dengan janinnya. Mereka hanya memikirkan asupan gizi dan periksa kehamilan di bidan. Pada kenyataannya, berdasarkan pengalaman bidan menghadapi ibu-ibu hamil, sangat sulit bagi ibu hamil mengendalikan pikiran-pikiran negatif akibat adanya komenar negatif yang dilontarkan dari orang-orang disekitarnya. Dukungan suami dapat membantu isterinya yang sedang hamil untuk menangkal pikiran-pikiran negatifnya dan hal ini cukup dapat menenangkan hati isterinya. Namun, bagi ibu-ibu hamil tersebut, kata-kata yang menenangkan belum cukup untuk membuat mereka nyaman menjalani kehamilannya. Mereka membutuhkan dukungan berupa informasi dan dialog dengan suami mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan kehamilan serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh isteri yang sedang hamil.
Dari hasil diskusi kelompok, kemudian disusun kegiatan dan perangkat informasi tentang Kelekatan Emosi antara Ibu dan Janinnya. Kegiatan seminar kepada ibu-ibu hamil dilakukan untuk memberikan informasi tentang pentingnya Kelekatan Emosi antara ibu hamil dan janinnya. Kegiatan ini baru dalam tahap awal sebagai upaya untuk menyadarkan ibu-ibu hamil tentang pentingnya hubungan dan kelekatan emosi dengan janinnya. Harapannya, dengan adanya kepedulian ibu terhadap janinnya dalam bentuk kelekatan emosi, diharapkan dapat membantu kesejahteraan psikologis ibu hamil yang akan berdampak kepada kesehatan dan perkembangan janin yang dikandungnya sampai pada waktunya lahir. Ibu dan bayi selamat sehat wal afiat berkat kelekatan emosi.