F.Psi Gelar Talkshow Peduli Lingkungan “Zero Plastic Lifestyle”

Berdasarkan data, saat ini Indonesia menjadi negara kedua penyumbang plastik tertinggi di dunia ke laut dengan 3,82 juta metrik ton per tahun, hal tersebut mendorong pemerintah menargetkan untuk mengurangi 70% sampah tersebut pada tahun 2025. Permasalahan sampah plastik ini cukup meresahkan karena telah banyak masyarakat yang terkena dampak negatifnya. Tingkat urgensi yang cukup tinggi dan didukung oleh kemajuan teknologi komunikasi membuat masyarakat menjadi sadar akan isu ini dan mulai menerapkan zero-plastic lifestyle. Gaya hidup ini mulai menjadi tren sosial yang ditandai dengan maraknya penjualan stainless straw dan berbagai alat #ZeroPlastic lainnya.

Zero-plastic lifestyle memiliki banyak manfaat ketika dilakukan dengan benar namun jika tidak justru dapat menimbulkan permasalahan baru seperti meningkatnya perilaku konsumtif yang akan diikuti dengan meningkatnya jumlah sampah dalam bentuk bukan plastik. Oleh karena itu, PELITA mengadakan talkshow dengan tema “Zero Plastic Lifestyle, Is It Really The Answer?” dengan tujuan untuk mengupas tuntas mengenai zero-plastic lifestyle beserta penggunaan barang ramah lingkungan yang efektif.

PETAK (Pelita-Talkshow) merupakan salah satu program kerja Departemen Pengabdian Masyarakat BEM Psikologi UI yang diselenggarakan oleh kelompok kerja PELITA UI (Peduli Lingkungan Kita). Bersama ketiga pembicara berlatar belakang environmentalist, yakni Muharram Atha Rasyadi sebagai Urban Campaigner Greenpeace Indonesia, Andini Mirandha sebagai Praktisi Hidup Minim Sampah dan Bukhi Prima Putri sebagai Observer dan Praktisi Hidup ramah lingkungan membahas pengaruh serta keefektifan dari trend gaya hidup ramah lingkungan seperti pemakaian stainless straw, reusable pads and cotton dan segala bentuk upaya mengurangi sampah terutama sampah plastiK, talkshow ini dikemas begitu menarik. Selain memberikan informasi dan berbagi pengalaman mengenai bahaya penggunaan plastik, talkshow yang dikemas secara interaktif oleh sang moderator yakni Akhsanu Amalia Putri sebagai Kepala Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM Fakultas Psikologi UI 2019 ini juga mengajak peserta untuk turut menyayangi bumi dengan mengurangi penggunaan plastik untuk lingkungan hidup yang bertahan lebih lama.

Atha yang mewakili pihak NGO dari Greenpeace Indonesia mengatakan bahwa Indonesia sedang berada di masa kritis lingkungan dengan peringkat kedua tertinggi sebagai penghasil sampah plastik di dunia setelah China,dengan menghasilkan 187,5 ton sampah plastik per tahun, sekitar 1 juta ton di antaranya mencemari laut. Ia juga mengatakan bahwa untuk melakukan perubahan tentu ada dampak negatif yang dihasilkan,namun dampak positif sebagai peran dan pengaruh yang lebih besar harus dilihat dan jadi bahan pertimbangan. “Emisi karbon yang mencemari lingkungan dari pembuatan stainless straw sebagai pengganti sedotan plastik yang justru lebih mencemari lingkungan khususnya bagi laut,dan dampak positif dari hadirnya stainless straw lebih besar pengaruhnya dibandingkan emisi karbon itu sendiri”, pungkasnya. Lalu, sebagai praktisi hidup ramah lingkungan  Andini menambahkan bahwa sebenarnya plastik tidak menjadi masalah utama lingkungan,namun perilaku sekali pakai yang dapat mencemari lingkungan dan merusak bumi. Perilaku sekali pakai tersebut banyaknya berasal dari plastik,sehingga kita memiliki kewajiban untuk mengurangi pemakaian plastik dengan membiasakan diri kita dan mau melihat pengaruhnya di masa depan. Sedangkan Bukhi yang juga sebagai praktisi perilaku ramah lingkungan juga menekankan untuk berani memulai kebiasaan baru dan  baik untuk lingkungan,serta mengecilkan stigma-stigma bahwa perilaku ramah lingkungan merupakan perilaku yang sulit dilakukan.

(Md)